INDOZONE.ID - Sekira 54 persen peminum berat menyatakan, dalam sebuah survei, bahwa akan mengubah kebiasaan minum jika label kalori diterapkan pada minuman.
Menurut survei terbaru, sekitar setengah dari peminum berat di Inggris, mengaku akan mempertimbangkan untuk mengubah kebiasaan mereka jika alkohol dilengkapi dengan label kalori.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal BMJ Open ini, melibatkan lebih dari 4.600 responden yang ditanya apakah mereka akan mengubah kebiasaan minum jika informasi kalori tersedia pada minuman beralkohol.
Dari peserta yang disurvei, sekitar seperempat tidak mengonsumsi alkohol, 78 persen dianggap sebagai peminum berisiko rendah, dan 22 persen diidentifikasi sebagai peminum berbahaya, menurut kuesioner gangguan penggunaan alkohol yang telah divalidasi.
Baca Juga: Hati-hati! Kebiasaan Buruk Ini Penyebab Kanker Kolorektal, Termasuk Konsumsi Alkohol
Pria cenderung lebih sering mengonsumsi alkohol dibandingkan wanita dan juga memiliki kemungkinan lebih tinggi menjadi peminum berbahaya daripada peminum berisiko rendah.
Para peneliti menemukan bahwa 54 persen dari peminum berat atau peminum "berbahaya" menyatakan, akan membuat perubahan jika label kalori diterapkan.
Lebih dari seperempat peminum berat, mengaku akan memilih minuman dengan kalori lebih rendah.
Sementara itu, satu dari enam menyatakan, akan mengurangi frekuensi konsumsi alkohol, menurut hasil survei.
"Pelabelan dapat membantu menargetkan peminum berisiko tinggi yang cenderung mendapatkan lebih banyak kalori dari alkohol dan lebih rentan mengalami penambahan berat badan berlebih," kata Andrew Steptoe, penulis utama studi serta kepala departemen penelitian ilmu perilaku dan kesehatan di University College London (UCL), dalam sebuah pernyataan.
Namun, para peneliti mengingatkan, bahwa peminum berat sering kali salah memperkirakan kandungan kalori dalam minuman beralkohol.
Alhasil, peningkatan pemahaman bisa membuat beberapa orang justru meningkatkan konsumsi.
Pelabelan secara Mandiri 'tidak mungkin' Memberikan Pengurangan Signifikan terhadap Risiko yang Ditimbulkan.
Arahan Uni Eropa pada 2011, mewajibkan pelabelan nutrisi pada makanan dan minuman. Akan tetapi, minuman dengan kadar alkohol lebih dari 1,2 persen dikecualikan dari aturan tersebut.
Dalam rencana terbaru pengendalian kanker di Eropa, Komisi Eropa berencana untuk mengusulkan kewajiban mencantumkan daftar bahan dan informasi nutrisi pada label minuman beralkohol.
dr. Katherine Severi, kepala eksekutif Institut Studi Alkohol, dalam pernyataan kepada Euronews Health, menegaskan penelitian terbaru, "Menunjukkan bahwa masyarakat ingin mengetahui jumlah kalori dalam alkohol yang mereka konsumsi, dan informasi ini dapat membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik."
Baca Juga: 3 Efek Jangka Pendek bagi Otak jika Kamu Kebanyakan Minum Alkohol
Peminum alkohol harus memperhatikan jenis makanan apa yang mereka konsumsi, untuk mengantisipasi segala jenis penyakit.
"Alkohol terkait dengan lebih dari 200 masalah kesehatan, termasuk kanker, penyakit hati, dan tekanan darah tinggi, sehingga masyarakat memiliki hak untuk mengetahui apa yang mereka konsumsi. Hanya dengan pelabelan wajib, bukan regulasi mandiri industri, informasi tersebut bisa tersedia," tambahnya.
Jamie Brown, salah satu penulis studi dan profesor ilmu perilaku di UCL, menyatakan bahwa meski hasil penelitian ini menjanjikan, belum tentu mengurangi dampak buruk dari alkohol.
"Menjanjikan, pelabelan kalori alkohol saja kecil kemungkinannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap strategi pemerintah Inggris dalam mengurangi dampak buruk dari alkohol dan obesitas," beber Brown.
Namun, ini bisa berperan positif sebagai bagian dari pendekatan yang lebih luas, termasuk regulasi mengenai periklanan, ketersediaan, perpajakan, dan harga.
Penulis: Nadya Mayangsari
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Euronews.com