INDOZONE.ID - Kanker paru-paru sering kali dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Namun, kasus kanker paru-paru pada perempuan yang tidak pernah merokok justru meningkat. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa beberapa faktor dalam peningkatan risiko kanker paru-paru pada kelompok ini. Berikut enam alasan diantaranya.
1. Paparan Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru-Paru
Paparan asap rokok dari orang lain, atau dikenal sebagai asap rokok, dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk kanker paru-paru. Paparan singkat sekalipun dianggap berbahaya karena asap rokok mengandung zat-zat beracun seperti arsenik, formaldehida, dan hidrogen sianida.
Menurut data American Lung Association, lebih dari 41.000 orang meninggal setiap tahun akibat komplikasi yang berkaitan dengan asap rokok sekunder, dan risiko ini lebih tinggi pada mereka yang hidup dengan pasangan yang merokok.
Baca Juga: Gejala Awal Kanker Paru-paru, Cara Mengenali dan Mencegahnya
2. Paparan Racun Lingkungan dan Lingkungan Kerja
Selain asap rokok, racun lingkungan lain seperti polusi udara, asbes, gas diesel, dan radon juga dapat memicu kanker paru-paru pada perempuan yang tidak merokok. Racun-racun ini sering kali ditemui di tempat kerja atau lingkungan tempat tinggal tertentu. Sebagai contoh, radon adalah gas radioaktif yang biasanya terdapat di area tambang atau gedung dengan ventilasi yang buruk.
3. Peran Hormon Estrogen
Hormon estrogen, salah satu hormon utama dalam tubuh perempuan, diyakini berperan dalam meningkatkan risiko kanker paru-paru.
Penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis kanker paru-paru non-small cell dapat memiliki reseptor estrogen, yang dapat meningkatkan risiko pada perempuan pramenopause. Risiko kanker paru-paru ini lebih tinggi dibandingkan perempuan pascamenopause atau pria.
4. Perubahan Genetik yang Mendukung Pertumbuhan Kanker
Beberapa perubahan genetik yang terjadi selama hidup juga dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru pada perempuan yang tidak merokok. Perubahan ini dikenal sebagai mutasi "driver" atau pemicu, yang meliputi mutasi gen seperti ALK, BRAF, dan EGFR.
Deteksi mutasi gen ini biasanya baru dilakukan setelah seseorang didiagnosis kanker paru-paru, namun pengujian ini sangat membantu dalam menentukan pilihan pengobatan yang tepat.
5. Riwayat Penyakit Paru-Paru
Riwayat penyakit paru-paru seperti penyakit paru obstruktif kronis (COPD), asma, atau fibrosis paru juga dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.
Penyakit-penyakit ini bisa menyebabkan jaringan parut pada paru-paru yang berpotensi menjadi pemicu perkembangan kanker.
Studi menunjukkan bahwa jaringan parut ini berkontribusi pada kerusakan paru-paru yang dapat berkembang menjadi kanker di masa mendatang.
6. Beberapa Jenis Virus yang Memicu Kanker Paru-Paru
Penelitian awal menunjukkan bahwa beberapa jenis infeksi virus mungkin berkaitan dengan kanker paru-paru pada mereka yang tidak merokok, meskipun belum ada bukti langsung.
Beberapa virus yang sedang diteliti meliputi virus Epstein-Barr, hepatitis B, hepatitis C, dan HPV. Meski bukti belum cukup kuat, para peneliti tetap mempertimbangkan peran infeksi virus ini dalam risiko kanker paru-paru di masa mendatang.
Meskipun angka perokok menurun, kasus kanker paru-paru pada perempuan yang tidak merokok justru mengalami peningkatan.
Hal ini diduga karena berbagai faktor seperti paparan racun di lingkungan atau tempat kerja, pengaruh hormon estrogen, faktor genetik, dan riwayat penyakit paru-paru.
Mengingat tidak ada panduan skrining khusus bagi mereka yang tidak merokok, penting untuk waspada terhadap gejala awal dan faktor risiko yang mungkin dimiliki. Jika anda memiliki kekhawatiran, konsultasikan dengan dokter untuk langkah pencegahan yang tepat.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Healthline.com