Kategori Berita
Media Network
Kamis, 24 AGUSTUS 2023 • 12:01 WIB

Hati-hati! Ternyata Asbes di Atap Rumah Bisa Picu Kanker Paru

 

Ilustrasi atap rumah yang menggunakan material asbes.

INDOZONE.ID - Hampir sebagian masyarakat Indonesia menggunakan material asbes untuk menutup atap rumahnya. Selain mudah di dapatkan, material asbes dinilai lebih hemat dibandingkan atap dengan material lain.

Namun rupanya, material asbes yang digunakan untuk menutup atap rumah, justru bisa memicu masalah kesehatan bagi penghuninya. Salah satunya yakni meningkatkan risiko kanker paru.

"Asbes merupakan faktor karsinogen yang tinggi selain rokok. Asbes bagian dari silika. Paparan itu dapat menimbulkan secara langsung radang dan proses karsinogenesis," ucap Ketua Tim Pokja Onkologi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr. Sita Laksmi Andriani dikutip dari Antara, Kamis (24/8/2023).

Baca Juga: Penting! Ini 7 Langkah Lindungi Paru-paru saat Kualitas Udara Memburuk

Sita menuturkan, berdasarkan International Agency for Research of Cancer (IARC), bahan asbes memiliki sifat karsinogenik. Hal itu dapat mempercepat radang dan proses pembentukan kanker yang lebih dominan.

Menurut Sita, bahan bangunan asbes yang merupakan bagian dari bahan silika itu, harusnya sudah dilarang untuk pembuatan rumah. Tujuannya, untuk menghindari faktor risiko kanker paru di kemudian hari.

"Maka itu, di luar negeri bahan bangunan asbes sudah dilarang, di Indonesia belum. Pembongkaran dan renovasi bahan bangunan asbes, juga tidak sembarangan," katanya. 

Baca Juga: Ternyata Begini Cara Ukur Kualitas Udara Tanpa Alat

Sementara pekerjaan yang mengharuskan terpapar debu kayu, penambangan batu bara, pabrik semen, dan pabrik kaca, juga dapat memicu risiko kanker paru. Sejauh ini, angka penderitanya sudah mencapai 34 dari 100.000 penduduk.

Ketua Tim Pokja Onkologi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Sita Laksmi Andriani Ph.D Sp.P (K).

Oleh karena itu, kata Sita, apabila memiliki risiko tersebut, diharapkan masyarakat segera melakukan skrining. Hal ini untuk meningkatkan angka ketahanan hidup sampai lima tahun.

“Kalau ketemu kanker paru stadium dini, angka ketahanan hidupnya akan lama atau angka tahan hidup sampai lima tahun. Sedini mungkin deteksi kanker paru, akan meningkatkan angka bertahan hidup," tuturnya.

Perawatan Kanker Paru Ditanggung BPJS Kesehatan

Melakukan deteksi dini kanker paru, dapat menekan angka pembiayaan yang jauh lebih rendah, dibanding stadium 3 atau 4. Hal ini tidak hanya berdampak untuk pasien, tapi juga keluarga sebagai care giver.

Baca Juga: Bahaya Mengerikan Rokok Buat Anak Muda, Masa Tuamu Nanti Bisa Kena Kanker Paru

Dalam kesempatan itu Sita bilang, prevalensi perokok dan kanker pada bukan perokok di Asia yang sangat tinggi, telah meningkatkan upaya diagnosis awal. Hal tersebut bersamaan dengan deteksi TB dan upaya berhenti merokok.

Saat ini, sudah banyak perawatan kanker paru yang dapat di temui di fasilitas kesehatan, dan sudah termasuk dalam pembiayaan BPJS Kesehatan.

Skrining dengan Low Dose Compute Tomography (LDCT) dapat mempermudah pelayanan kesehatan mendiagnosis kanker paru. Deteksi menggunakan LDCT dapat ditemukan di Rumah Sakit tipe C. Jika terdapat nodul kanker paru, akan dilanjutkan dengan diagnosa.

"Karena prevalensi kanker paru di Indonesia terbilang besar, jadi upaya deteksi dan skrining paru harus bersamaan dengan skrining TB dan upaya berhenti merokok," tandasnya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: ANTARA

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Hati-hati! Ternyata Asbes di Atap Rumah Bisa Picu Kanker Paru

Link berhasil disalin!