Rabu, 20 NOVEMBER 2024 • 15:40 WIB

Penyebab Utama Kematian Akibat Kanker, Skrining Dini Jadi Hal Penting Tangani Kanker Paru-paru

Author

Ilustrasi kanker paru-paru.

INDOZONE.ID - Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menggarisbawahi pentingnya melakukan skrining sebagai langkah untuk meningkatkan peluang pemulihan kanker paru.

Menurut data Global Observatory on Cancer (GLOBOCAN) tahun 2022, Indonesia mencatat 66.271 kasus baru kanker paru dan 34.339 kematian akibat penyakit tersebut.

Tingginya angka kasus dan kematian ini menunjukkan urgensi pengendalian faktor risiko, sebagai langkah preventif yang efektif.

Ketua Bidang Ilmiah Yayasan Kanker Indonesia, Prof. dr. Elisna Syahruddin, yang juga merupakan Guru Besar dalam bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, menegaskan bahwa angka kematian yang tinggi pada kanker paru disebabkan oleh keterlambatan penanganan pada pasien kanker paru.

Sebanyak 90 persen dari pasien kanker paru baru datang ke dokter setelah mereka memasuki stadium lanjut.
 
"Kesembuhan pada pasien kanker bisa mencapai 90 persen jika ditangani sejak dini. Oleh sebab itu, skrining dan deteksi dini kanker paru menjadi sangat penting, khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi," ujar Prof. Elisna.  
 
Pra-skrining dilaksanakan melalui pengisian Kuesioner Profil Risiko Kanker Paru.

"Apabila pra-skrining menunjukkan responden memiliki risiko tinggi, harus dilanjutkan dengan skrining kanker paru dan pemeriksaan medik lebih lanjut," jelas Prof. Elisna.

Baca Juga: Mengapa Kanker Paru-Paru Meningkat pada Perempuan yang Tidak Merokok? Ini 6 Alasannya

Dalam rangka memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru,  YKI menyelenggarakan kegiatan pra-skrining bagi masyarakat, melalui acara "Run For Healthy Lungs" yang dijadwalkan berlangsung pada Minggu, 1 Desember 2024, di Area Pintu 6 Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.

Menurut Presiden Direktur Astra Zeneca Esra Erkomay, kanker paru-paru merupakan permasalahan yang serius bagi kesehatan.

Kanker paru juga menjadi penyebab utama kematian akibat kanker di Indonesia, dengan sekitar 34.339 kematian setiap tahunnya.

"Kanker paru-paru adalah masalah kesehatan serius dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker di Indonesia, dengan sekitar 34.339 kematian setiap tahunnya. AstraZeneca senantiasa berkomitmen untuk mengatasi tantangan kanker paru-paru di Indonesia melalui pengobatan inovatif dan akses perawatan yang lebih baik untuk pasien," ujar Esra Erkomay.

Dalam Bulan Kesadaran Kanker Paru-Paru ini, Esra merasa terhormat untuk melanjutkan kemitraan dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk mengedukasi serta mengadvokasi skrining dini dan langkah-langkah pencegahan kanker paru-paru.

Apa Itu Kanker Paru-paru?

Bulan Kesadaran Kanker Paru: YKI Gelar Ajang

Prof. Elisna menjelaskan bahwa kanker paru primer berkembang dari sel epitel saluran napas, sedangkan kanker paru sekunder atau metastasis berasal dari kanker di organ lain, seperti kanker payudara, serviks, kolon, atau prostat, yang menyebar dan tumbuh di paru-paru.
 
"Tanda dan gejala respirasi akibat efek kanker primer di paru adalah batuk yang tak kunjung sembuh, batuk darah, sesak napas, nyeri dada," ujar Prof. Elisna.

Baca Juga: Gejala Awal Kanker Paru-paru, Cara Mengenali dan Mencegahnya

Ada beberapa tanda dan gejala yang harus kamu pahami agar terhindar dari kanker, salah satunya adalah nafsu makan menurun.

"Sementara tanda dan gejala karena penyebaran kanker dalam rongga dada adalah nafsu makan menurun, berat badan turun drastis, nyeri menelan, pembengkakan pada wajah dan lengan, suara serak, suara batuk melemah, nyeri dada pleuritik, kelopak mata menurun, pupil mata mengecil, berkurangnya keringat pada wajah, hingga nyeri bahu dan penyusutan otot di bahu dan lengan," sambungnya.
 
Adapun faktor risiko kanker paru di antaranya akibat merokok aktif, merokok pasif, memiliki riwayat merokok, usia di atas 45 tahun, radon, riwayat dalam keluarga, polutan lingkungan dan rumah tangga, serta penyakit paru kronis.

Tips untuk Mengurangi Risiko Kanker Paru

Prof. Elisna juga mengimbau masyarakat untuk mengurangi risiko kanker dengan berbagai langkah, seperti berhenti merokok, menghindari paparan radon (gas radioaktif alami yang dapat terakumulasi di rumah atau tempat kerja), serta bahan kimia yang dapat memicu kanker paru.

Selain itu, dia juga menyarankan untuk memperbaiki pola makan dengan meningkatkan asupan antioksidan, vitamin, dan mineral, rutin berolahraga setidaknya 150 menit per minggu, misalnya dengan jalan cepat atau bersepeda, serta membatasi konsumsi alkohol.
 
"Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan dan melakukan perubahan gaya hidup, setiap individu dapat membantu mengurangi risiko kanker paru dan mendukung komunitas yang lebih sehat," tambah Prof. Elisna.

Penulis: Nadya Mayangsari

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan