Minggu, 23 FEBRUARI 2025 • 20:20 WIB

Apakah Donor Darah Bisa Menyebabkan Anemia? Ini Faktanya

Author

Ilustrasi donor darah dan anemia. (freepik.com)

INDOZONE.ID - Donor darah adalah tindakan mulia yang dapat menyelamatkan nyawa. Namun, sebelum mendonorkan darah, penting untuk memastikan kondisi kesehatan dan memahami risiko yang mungkin terjadi. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apakah donor darah bisa menyebabkan anemia. Berikut penjelasannya.

Benarkah Donor Darah Menyebabkan Anemia?

Ilustrasi donor darah. (freepik.com)

Anemia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah (eritrosit) atau kadar hemoglobin rendah. Hal ini bisa menyebabkan gejala seperti kelelahan, pusing, mual, hingga mudah memar. Namun, apakah anemia bisa terjadi akibat donor darah?

Menurut Dr. Vichar Nigam, Konsultan Kedokteran Internal di Manipal Hospital, Pune, India, donor darah yang dilakukan dengan pengawasan medis tidak menyebabkan anemia.

Sebelum seseorang mendonorkan darah, kadar hemoglobinnya akan diperiksa untuk memastikan bahwa mereka tidak memiliki kadar hemoglobin yang terlalu rendah. Dengan begitu, risiko anemia akibat donor darah dapat dicegah.

Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi dalam tubuh, infeksi tertentu, kelainan genetik, penyakit kronis, atau kehilangan darah yang berlebihan, seperti saat menstruasi berat atau pendarahan internal.

Baca Juga: 4 Manfaat Donor Darah bagi Penerima dan Pendonor

Seberapa Banyak Zat Besi yang Hilang Saat Donor Darah?

Setiap kali mendonorkan sekitar 350 ml darah, tubuh kehilangan sekitar 25-26 mg zat besi. Kehilangan zat besi ini, ditambah dengan penurunan jumlah sel darah merah dan cairan tubuh, dapat menyebabkan beberapa gejala sementara, seperti pusing, lemas, atau merasa melayang.

Siapa yang Sebaiknya Tidak Donor Darah?

Ada beberapa kondisi yang membuat seseorang sebaiknya tidak mendonorkan darah, terutama jika berisiko tinggi mengalami anemia. Beberapa kelompok yang harus menghindari donor darah meliputi:

- Wanita dengan menstruasi berlebihan (menoragia), karena berisiko kehilangan lebih banyak darah dan zat besi.

- Penderita kelainan darah bawaan, seperti anemia sel sabit dan thalassemia.

- Orang dengan anemia yang sudah ada sebelumnya, terutama jika kadar hemoglobin di bawah 12.

- Penderita penyakit organ, seperti gangguan jantung, hati, atau ginjal.

- Orang yang sedang mengalami infeksi, sebaiknya menunda donor darah hingga benar-benar sembuh.

Baca Juga: Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Cara Mencegah Anemia bagi Pendonor Darah Rutin

Ilustrasi anemia. (freepik.com)

Bagi mereka yang sering mendonorkan darah, menjaga kadar zat besi dalam tubuh sangat penting. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah anemia meliputi:

- Mengonsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah, makanan laut, kacang-kacangan, sayuran hijau gelap, buah kering, dan sereal yang diperkaya zat besi.

- Memeriksa kadar hemoglobin secara rutin untuk memastikan tubuh tetap memiliki cukup zat besi.

- Mengenali gejala anemia, seperti kelelahan, sesak napas, pusing, sakit kepala, kulit pucat, atau menstruasi yang tidak normal.

- Jika kadar zat besi terlalu rendah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan suplemen zat besi yang sesuai.

Donor darah yang dilakukan dengan pengawasan medis tidak menyebabkan anemia. Namun, bagi orang-orang dengan kadar hemoglobin rendah atau kondisi medis tertentu, donor darah bisa meningkatkan risiko kekurangan zat besi.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga pola makan sehat dan memantau kadar hemoglobin secara rutin agar tetap sehat setelah mendonorkan darah.

Donor darah tetap menjadi tindakan yang sangat bermanfaat bagi sesama, asalkan dilakukan dengan persiapan yang tepat dan kesadaran akan kesehatan diri sendiri. Jika anda ingin mendonorkan darah, pastikan tubuh dalam kondisi prima agar tetap sehat setelahnya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Onlymyhealth.com