Oleh: Satria Panji Elfalah
Tembakau dan kopi
Seolah menjelma menjadi kekasihku malam ini
Sambil menikmati guguran gemintang di cakrawala sana
Sambil mencumbu rinai cahaya rembulan di syahdunya malam ini
Sediakah guguran gemintang menjamuku malam ini?
Di antara lentera redup penghujung malam
Temani sejenak lara ini
Sambil menanti embun segar di pundak imajiku
Sediakah rinai cahaya rembulan bertandang?
Di antara rintihan jangkrik yang menggoda
Temani sejenak air mata ini
Sambil menanti mentari di pundak bukit sana
Adakah kelak lara ini menjadi tinta emas?
Adakah kelak air mata ini menjadi kanvas hitam?
Sejenak terdiam, sejenak tergelak
Hujan menyisir di pesisir tanpa sudi menyentuhku
Lelah berlari dalam sepi ini
Berpuisi ria untuk bayang-bayang
Bermanja-manja dalam kelabu
Menambang air mata sendiri
Gemintang, setialah menemaniku
Rembulan, janganlah kau jemu mencuri waktuku
Tembakau, manjakanlah aku dalam asapmu
Kopi, ledakkanlah otakku
Bulan
Setelah matahari tersingkir
Bulan dan bintang pun hadir
Menerangi langit secara bergilir
Lebih terang dibanding lampu senter
Gelapnya malam menjadikan bulan dan bintang pahlawan di malam yang kelam
Meriahkan langit dengan kelap-kelipnya sinar bulan dan bintang-bintang
Bulan
Bulat dan kadang sabit bentukmu
Diselimuti kilauan emas yang membisu
Dirimu tetap indah meskipun nampak jauh aku harus melihatmu
Bulan
Memandangmu membuatku mengerti
Bahwa keindahan tak harus selalu didekati
Bahwa keindahan tak harus selalu dimiliki
Namun hanya untuk sekadar dipandang dan dikagumi
Itulah kumpulan puisi tentang keindahan bulan yang penuh makna dan menyentuh hati. Semoga bermanfaat!
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: