Pakaian penuh luka, penuh debu
Kain kumal membungkus renta tubuhnya
Mungkin esok hari matahari terbit tanpa sinar lagi
Ada mungkin kau kembali.
Seperti tuturmu ketika dihadapan
hitam-putih potret wajah
yang belum sepenuhnya
kau hafal dan kenal.
Dan itu, sudah cukup buat
menyusun kerikil jadi jalan
tinggalkan ingin. Atau
melepas harap jadi
debur angin.
Masih saja tersimpan. Lebam kenangan.
Kemarin, seperti kini, derap arah angin
mengabarkan kemurungan:
nama-nama perempuan.
"Kau, yang pernah kupanggil
sayang, jadi jejak waktu.”
Memanggilmu bersama pagi,
ada gemuruh rindu membekas
dari mimpi-mimpi.
Sementara, luka yang masih sama,
tidak lagi mengambil jarak.
Kau menua, secokelat daun jarak.
Sudut kota, ada sisa seyummu.
Awan dan ilalang menderas rindu,
di antara pilu.
Luka-luka menganga, mengalir
pedih. Mata air bermuara,
mengisyaratkan air mata.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Buku