Ilustrasi Gen Z. (freepik.com)
"Mereka tidak selalu melihat orang yang lebih tua sebagai ahli. Mereka ingin memahami mengapa sesuatu dilakukan dengan cara tertentu. Mereka sangat pragmatis," kata Katz.
Selain itu, Gen Z tidak takut untuk mempertanyakan alasan mengapa sesuatu dilakukan dengan cara tertentu.
"Ketika orang yang lebih tua berkata kepada mereka, 'Beginilah seharusnya kamu melakukannya,' mereka ingin memeriksanya sendiri. Itu tidak berarti mereka selalu benar; itu adalah cara pemahaman yang berbeda," jelas Katz.
Mereka tidak hanya mengharapkan sebuah perbedaan, tetapi mewarisi serangkaian masalah rumit, mulai dari perubahan iklim hingga kesenjangan dan ketidakadilan rasial.
Gen Z ingin memperbaiki hal-hal yang menurutnya sangat rumit. Mereka ingin bekerja di tempat yang dipercaya bisa membawa kebaikan bagi dunia.
Lalu, sebagian Gen Z akan meminta pertanggungjawaban atasan mereka atas penyebab dan isu yang menjadi masalah bagi mereka.
Katz memperingatkan, bahwa bagi sebagian pengusaha, untuk berada di posisi pada topik yang bermuatan politis atau sensitif, bisa jadi sulit karena keputusan tidak bisa memuaskan semua pihak.
"Mustahil bagi sebagian besar lembaga yang mewakili banyak orang dan banyak identitas untuk memuaskan semua orang," kata Katz.
Baca Juga: 7 Caption Hari Guru 2024 yang Bermakna dan Kekinian Ala Gen Z
Ada beberapa Generasi Z menggunkan dunia digital, dalam membentuk identitas mereka. Melalui media sosial dan grup daring, mereka menemukan subkultur untuk terkoneksi dan berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki kesamaan minta dan lain-lain.
Gen Z tumbuh besar dengan situs yang dibangun dan disunting secara kolaboratif, oleh para penggunanya dengan kesamaan minat. Misalnya, penggemar musik, seperti BTS memiliki Army, Beyonce memiliki Beyhive, dan Taylor Swift memiliki Swifties.
"Ada harapan bahwa setiap orang yang berkontribusi akan memberikan manfaat bagi semua orang. Mereka ingin memiliki semangat tim,” jelas Katz.
Gen Z dinilai kurang hierarkis jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: News.stanford.edu