Ilustrasi gen z sedang bekerja. (Freepik)
Kemudian, setelah resesi 2008, bahkan baru-baru ini menyusul pandemi COVID-19, perusahaan telah memotong biaya tenaga kerja dengan menerapkan langkah-langkah penghematan biaya lainnya, seperti mengurangi tunjangan dan fasilitas. Selain itu, PHK massal juga marak terjadi.
"Ada alasan mengapa karyawan tidak merasakan tingkat loyalitas yang sama," ungkap Katz.
Sementara itu, ekonomi serabutan juga telah hadir sepanjang kehidupan Gen Z, seperti ramainya pekerjaan kontrak di sebuah perusahaan. Mereka berjiwa wirausaha, yang merupakan bagian dari kecenderungan pragmatis mereka.
Gen Z sangat menghargai keterbukaan yang merupakan kepercayaan, jadi kata-kata dan tindakan itu harus selaras. Kejujuran dan keterbukaan itu sangatlah penting.
Bagi Katz, yang paling penting adalah komunikasi untuk saling menghargai.
"Intinya bagi saya kepada para pemberi kerja adalah selalu terbuka untuk mendengar berbagai cara untuk menyelesaikan sesuatu, karena Gen Z memiliki satu kaki di masa depan," ujar Katz.
Penulis: Nadya Mayangsari
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: News.stanford.edu