Pendekatan ini menegaskan pentingnya keteraturan dalam ibadah dan halal-haram dalam Islam.
Sebaliknya, pendekatan sufistik melihat Isra Miraj sebagai perjalanan spiritual yang mengungkap keajaiban langit.
Dalam pandangan ini, Nabi Muhammad disebut bertemu dengan malaikat-malaikat luar biasa, seperti malaikat yang separuh tubuhnya api dan separuhnya es, serta menyaksikan simbol-simbol kekuasaan Tuhan yang melampaui batas logika manusia.
Perdebatan antara kedua pendekatan ini sering kali melibatkan isu perjalanan Nabi secara fisik atau hanya spiritual, dengan kaum sufi cenderung mendukung perjalanan spiritual saja.
Baca Juga: Yuk Simak! 5 Fakta Menarik di Balik Peristiwa Isra' Mi'raj
Ilustrasi peristiwa Isra Mi'raj.
Salah satu fakta menarik yang jarang dibahas adalah bahwa Masjidil Aqsa pada masa Isra Miraj, bukanlah masjid seperti yang kita kenal sekarang.
Kata "masjid" dalam konteks awal Islam merujuk pada tempat sujud atau ibadah, termasuk tempat ibadah agama lain.
Beberapa sejarawan mengklaim bahwa Masjidil Aqsa saat itu sebenarnya adalah gereja yang dibangun oleh Kekaisaran Romawi, yang kemudian dijadikan masjid pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Hal ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana masyarakat memahami istilah "masjid" dalam konteks Isra Miraj, sekaligus menunjukkan toleransi Nabi Muhammad terhadap agama lain.
Sebagai contoh, Nabi pernah meminjamkan Masjid Nabawi untuk kebaktian umat Kristen, menunjukkan bahwa Islam sejak awal memiliki pendekatan yang inklusif terhadap tempat ibadah.
Ilustrasi peristiwa Isra Mi'raj.
Beberapa kritikus Islam menganggap bahwa cerita Isra Miraj terinspirasi dari teks-teks kuno seperti Kitab Henokh dan Ardaviraf Namag, yang berasal dari tradisi Zoroaster.
Dalam Kitab Henokh, terdapat narasi tentang Abraham yang melakukan perjalanan ke langit dan bertemu dengan Tuhan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube