Ia ingin istrinya percaya bahwa tidak ada orang lain yang peduli padanya selain dirinya. Pria narsistik dan istri yang terjebak dalam situasi ini sering kali mengalami kesulitan untuk keluar dari hubungan yang toxic.
Daripada mendukung kesuksesan istrinya, pria narsistik melihatnya sebagai ancaman.
Ia merasa harus selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal dan akan meremehkan pencapaian istrinya untuk mempertahankan dominasinya dalam hubungan narsistik ini.
Jika istrinya melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, pria narsistik akan mengabaikannya sepenuhnya sebagai bentuk hukuman.
Ia menolak berkomunikasi dan membuat istrinya merasa tidak berharga. Perlakuan ini adalah cara untuk mengendalikan dan membuat istrinya tunduk padanya.
Pria narsistik sering merendahkan istrinya, tetapi di saat yang sama, ia berusaha membuatnya merasa beruntung bisa menikah dengannya.
Ia merasa dirinya lebih unggul dan berhak diperlakukan lebih baik daripada orang lain, termasuk pasangannya.
Seorang suami narsistik melihat istrinya sebagai miliknya. Ia ingin mengendalikan cara istrinya berpakaian, dengan siapa ia berteman, dan bagaimana ia menghabiskan waktunya.
Ia menggunakan alasan kecemburuan dan perlindungan untuk membenarkan perilaku kontrolnya.
Tidak peduli seberapa keras istrinya berusaha, pria narsistik selalu menemukan kesalahan dalam dirinya.
Ia akan terus-menerus mengkritik, mencela, dan mengolok-oloknya agar merasa rendah diri dan tidak berharga.
Pria narsistik tidak segan-segan mengancam untuk meninggalkan, menceraikan, atau bahkan menyakiti istrinya jika tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
Ia menggunakan ketakutan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan dalam hubungan.
Gaslighting adalah teknik manipulasi di mana pria narsistik membuat istrinya meragukan realitasnya sendiri.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Yourtango.com