Penampakan Desa Blatten di Swiss yang lenyap usai diterjang longgsor salju Penggunungan Alpen.
INDOZONE.ID - Negara Swiss, sebuah negara yang terletak di sebelah selatan Jerman dan sebelah utara Italia, memang sangatlah memanjakan mata.
Tentu, kamu pasti juga sudah melihat kecantikan negara yang dikelilingi oleh Pegunungan Alpen ini, yang didukung dengan suasana lingkungan yang tenang, utamanya di desa-desa nya.
Hanya saja, mengingat adanya Gunung Alpen yang mengelilingi negara ini, bencana alam pun dapat mengintai kapan saja.
Seperti yang baru saja terjadi Mei lalu, di mana terjadi bencana alam longsoran gletser Gunung Alpen, yang kemudian dalam sekejap mengubur sebuah desa di lerengnya bernama Desa Blatten.
Baca Juga: 5 Zodiak Ini Paling Sering Jadi 'Orang Ketiga' di Hubungan Sepasang Kekasih
Nah yang menarik perhatian, ternyata seluruh 300 jiwa penduduk di Desa Blatten, bersama dengan hewan ternak sapi, berhasil terselamatkan semua lho! Bagaimana bisa? Ya, karena, langkah-langkah mitigasi bencana di negeri tersebut berjalan sangat baik, di mana prosesnya meliputi:
Tentu, proses mitigasi yang sangat terstruktur tersebut bisa terwujud karena memang dirancang dan dilaksankan secara serius.
Selain itu, kerja sama antar pihak, yaitu pemerintah, warga, serta akademisi, juga menjadi aspek yang vital mengapa mitigasi bencana di negeri tersebut berjalan sangat baik.
Baca Juga: Viral! Anak Bully Asisten Rumah Tangga hingga Kabur, Reaksi Tegas Sang Ibu Tuai Pujian
Nah, tentu hal ini masih cukup sulit terjadi di Indonesia, yang menyebabkan mitigasi berjalan tidak baik dan berakhir timbulnya korban jiwa yang banyak.
Beberapa hal, seperti warga yang sulit diajak mengungsi karena lebih percaya “Juru Kunci“ ketimbang pihak berwenang dan akademisi, pemeliharaan alat pendeteksi bencana yang tidak berjalan serius, dan bahkan, alat pendeteksi bencana yang hilang dicuri, adalah beberapa hal yang sering kita dengar, yang menjadi pemicu buruknya mitigasi bencana di Indonesia.
Dikutip dari penelitian Fadilla pada tahun 2022, yang meneliti tentang mitigasi bencana gempa bumi di Kabupaten Muko-Muko, dua hal yang menjadi penghambat proses mitigasi bencana yaitu, rendahnya kesadaran warga, dan pengadaan sarana dan prasarana yang minim.
Berbicara tentang rendahnya kesadaran warga, memang, masih banyak yang berpikir, bahwa bencana alam itu semata-mata hanya tentang kehendak alam, takdir, atau nasib.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Pendidikan Tambusai