Ilustrasi generasi sandwich. (Foto: Pexel)
Dalam banyak kehidupan, utamanya di negara-negara berkembang, sering kali seseorang menjadi 'generasi sandwich'.
Yup, generasi sandwich adalah orang yang diimpit oleh tanggung jawab atau keharusan untuk memenuhi kebutuhan banyak orang, selain diri sendiri.
Dikutip dari Antara, istilah sandwich generation sendiri sebanarnya bukan hal baru. Istilah itu bahkan sudah dikenal sejak tahun 1981 yang diperkenalkan oleh Dorothy Miller. Dia adalah seorang profesor sekaligus direktur praktikum Universitas Kentucky, Lexington, Amerika Serikat (AS). Dia memperkenalkan istilah generasi sandwich dalam jurnalnya yang berjudul “The ‘Sandwich’ Generation: Adult Children of the Aging.”
Tak jauh dari tampilan roti yang berisi irisan daging, sayuran, keju, dan berbagai macam saus yang diapit dengan roti di kedua sisinya, generasi sandwich adalah suatu istilah yang menggambarkan posisi finansial seseorang yang terhimpit di antara dua generasi, yaitu generasi atas dan generasi bawah.
Dalam kasus yang sering terjadi di Indonesia, seseorang biasanya dituntut oleh orang tuanya, entah itu ayah-ibu kandung ataupun orang tua lain yang membesarkan dan membiayai sekolahnya, agar membalas budi ketika dewasa dan sudah bekerja.
Karenanya, menjadi generasi sandwich bukanlah perkara sepele, apalagi jika orang tersebut tidak memiliki penghasilan yang besar atau pekerjaan yang nyaman.
Dan, beban yang dirasakan oleh orang tersebut akan berlipat ganda manakala ia menyadari atau melek mengenai isu 'generasi sandwich' dan mengerti bahwa terlahir ke dunia pada prinsipnya adalah bukan keinginannya, melainkan keinginan orang tuanya.
Karenanya, tidak jarang seorang generasi sandwich mengalami stres atau depresi memikirkan "beban" yang harus ditanggungnya, sementara ia sendiri masih perlu menata hidupnya dan memikirkan masa depannya.
Lalu, bagaimana tips untuk generasi sandwich agar bebas dari beban finansial?
Direktur Community Financial Services Maybank Indonesia Steffano Ridwan mengatakan, agar bisa bertahan melalui pandemi, perencanaan dan pengelolaan keuangan individu harus disesuaikan dengan kondisi yang sedang dihadapi terlebih bagi generasi sandwich milenial yang juga memikul tanggung jawab finansial lintas generasi.
"Semangat dan disiplin untuk menciptakan tujuan kemerdekaan finansial harus tetap menjadi komitmen dan faktor terpenting dari nasabah," kata Steffano.
Berikut sejumlah kiat jitu untuk meraih kemerdekaan secara finansial menurut Staffano:
Evaluasi dengan cermat cash flow dan kondisi keuangan sebagai langkah awal untuk mengukur taraf kesejahteraan, kebijakan dalam mengelola keuangan, dan mulai menentukan porsi dana yang wajib ditabung atau diinvestasikan guna mencapai kemerdekaan finansial di kemudian hari.
Belajar dari pandemi, persiapkan dana darurat untuk skenario musibah atau malapetaka dalam rekening terpisah. Ada pun rumus umum yang dipergunakan oleh financial planner ternama, yaitu nilai tabungan haruslah minimal 6 kali jumlah pengeluaran bulanan.
Maybank Indonesia memiliki beberapa solusi tabungan baik dalam prinsip Syariah maupun Reguler diantaranya Maybank Tabungan MyPlan/MyPlan iB yakni tabungan yang secara rutin memisahkan sejumlah dana dari sumber rekening utama ke rekening yang hanya dapat dipantau Nasabah dalam kurun waktu tertentu, misalnya 12 bulan bahkan hingga 36 bulan. Terdapat tingkat suku bunga/imbal hasil yang berlaku sehingga ketika kontrak berakhir, nilai dana Nasabah pun bertambah.
Selain itu, Maybank Indonesia segera meluncurkan solusi kekinian bagi para Anak Muda yaitu tabungan U by Maybank yang memberikan keleluasaan bagi Nasabah terutama para generasi digital untuk tetap bisa mengikuti tren gaya hidup masa kini dan juga menyiapkan dana darurat maupun dana pensiun.
Di samping produk tabungan untuk memulai kemerdekaan finansial, produk investasi reksadana Maybank Indonesia juga bisa menjadi opsi untuk melengkapi perencanaan keuangan masa depan.
Investasi reksadana Maybank Indonesia ini pun mudah diakses Nasabah melalui M2U ID App dan dapat dimulai dari hanya Rp100,000 saja serta Nasabah dapat melakukan pembelian dan penjualan reksadana serta memantau perkembangan nilainya melalui satu aplikasi tersebut.
Hal ini merupakan upaya penting yakni menentukan skala prioritas dalam menyikapi keuangan untuk kemerdekaan finansial. Terapkan moda optimise value and save more ke seluruh aspek pengelolaan keuangan. Moda tersebut akan mendorong Nasabah untuk mendapatkan nilai lebih (value added) terhadap pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehingga Nasabah pun masih dapat menyisihkan dana untuk kemerdekaan finansialnya.
Salah satu metode untuk mengendalikan pengeluaran bulanan yaitu 50/20/30[8] yang dicetuskan Elizabeth Warren, senator Amerika Serikat, dimana 50 persen disishkan untuk needs (kebutuhan), 20 persen untuk savings (tabungan), serta 30 persen untuk wants (keinginan) dan jika kita aplikasikan saat ini ada yang bisa disisihkan untuk berdonasi atau sedekah rutin.
Berdasarkan data Q2[9] 2021, Indonesia Property Market Index (IPMI) mencatat bahwa kenaikan indeks harga properti dari Q1 ke Q2 sebesar 2,24 persen dan 1,97 persen YoY, menggambarkan pertumbuhan tinggi biaya properti di masa mendatang.
Berkaca pada kondisi pasar properti yang mulai menggeliat di tahun 2021 ini, generasi milenials maupun masyarakat secara umum dapat menimba nilai investasi yang meningkat dari masa ke masa dan memberikan kemerdekaan finansial di kemudian hari. Tentunya, calon pemilik hunian harus juga jeli melihat prospek investasi rumahnya di masa mendatang seperti rawan bencana dan akses ke rumah tinggal tersebut.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: