Tumpukan kelapa yang akan dihanyutkan ke sungai (Z Creators/Riki Ariyanto)
Selain penghasil sagu, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau dikenal memiliki hamparan kebun kelapa yang sangat luas. Uniknya daerah ini memiliki banyak aliran anak sungai atau biasa disebut parit.
Bahkan Inhil dijuluki sebagai Negeri Seribu Parit. Selain banyak anak sungai atau parit ini, Inhil memiliki kebiasaan yang unik, yaitu ‘Nganyut Kelapa’.
Ferry seorang warga Desa Simpang Gaung, Inhil menuturkan 'nganyut kelapa' itu maksudnya kegiatan atau tradisi orang-orang yang membawa panen kelapanya memanfaatkan parit-parit.
"Hampir semua wilayah Indragiri Hilir terdapat kebun kelapa yang dimiliki masyarakat sejak turun temurun. Nah, kebiasaanya setiap habis menurunkan kelapa, langsung dihanyutkan ke parit," tuturnya kepada Tim Z Creators, Riki Ariyanto.
Awalnya proses panen kelapa seperti biasa menggunakan kait. Karena pohon kelapa di Inhil sudah tua, enggak jarang buluh pengait akan disambung-sambung. Lalu kelapa dijatuhkan dan dibawa ke parit. Bisa langsung lempar, tapi kalau pohon jauh dari parit biasanya pakai ambung. Ambung berupa keranjang pikul yang bisa memuat buah kelapa.
Masa panen biasanya 3 bulan sekali. Namun karena kegiatannya enggak di semua kebun, maka aktivitas panen kelapa hampir tiap pekan selalu ada, hanya saja lahannya beda-beda.
"Sekali turun kelapa bisa ribuan butir. Jadi satu-satunya cara yang praktis ya dihanyutkan ke parit," sebut Ferry.
Karena lahan gambut dan enggak ada akses jalan setapak sehingga mobil tidak bisa masuk ke dalam.
"Kelapa yang dijatuhkan ke parit akan nganyut (hanyut) keluar sesuai aliran air ke parit yang lebih besar. Tapi kalau air pasang tak bisa nganyut. Makanya panen kelapa juga lihat-lihat waktunya," sebut Ferry.
Sebelum dihanyutkan, biasanya parit akan ditutup.
"Paritnya itu ditambat (ditutup), jadi waktu mau nganyut, tambatnya dibuka jadi aliran airnya deras," sebut Ferry.
Nanti setelah sampai ke parit besar, buah kelapa dinaikkan kembali ke darat untuk kemudian dikupas kulitnya menjadi kelapa bulat. Alat pengupas disebut solak, terbuat dari besi yang ujungnya runcing.
"Kadang tergores-gores telapak tangan karena mengupas pakai solak," sebut Ferry.
Kelapa yang sudah dikupas itu yang kemudian dibawa memakai kendaraan angkut, untuk dibawa ke pengepul atau langsung ke perahu pompong.
Kelapa-kelapa itu biasanya ada yang dijual langsung ke pasar, bahkan ada yang diekspor ke Malaysia. Karena memang Inhil wilayah Riau bagian Selatan yang bertetangga langsung dengan Malaysia.
"Sebagian kelapa ada yang dibawa ke langkau penyalai untuk dijadikan kopra pulih atau kopra salai. Karena kelapa kopra harganya lebih tinggi dari kelapa bulat," sebutnya.
Untuk melihat aktivitas nganyut kelapa kalau dari Kota Pekanbaru butuh perjalanan darat hingga delapan jam. Sebaiknya memiliki kenalan orang sana atau orang Tembilahan untuk menemani ke Inhil.
Artikel menarik lainnya:
Fakta Berat, Kota Seribu Jendela yang Penuh Toleransi, Keindahannya Memikat Abis!
5 Alasan Wajib Nonton Drakor 'Narco-Saints', Salah Satunya Endingnya Bikin Geleng Kepala
Cerita WNI Napak Tilas ke Lokasi Syuting CLOY di Swiss, Terpukau Sama Pemandangannya
Berawal dari Kedai Kecil 94 Tahun Silam, Restoran Bakso Ini Sekarang Punya 100 Cabang!
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: