Pemuda Cianjur sulap sampah plastik jadi gitar. (Dok.Naufal Fajar Gumelar)
Pembenahan sampah plastik secara global, merupakan fokus utama yang harus siap diterapkan di tengah masyarakat. Sebab, di setiap rumah tangga akan terus menerus menghasilkan sampah, khususnya sampah plastik.
Konsumsi sekali pakai, menjadi penyebab utama mengapa sampah terus menjadi problema hingga saat ini.
Pengolahan sampah plastik, sejatinya bertujuan untuk mereduksi angka penyebaran sampah. Sebab sampah plastik memiliki kandungan yang tahan akan berbagai kondisi lingkungan, sehingga membuatnya sulit terurai di dalam tanah.
Metode 3R atau yang biasa dikenal dengan Re-duce, Re-use, dan Re-cycle selalu dikampanyekan, agar pemanfaatan sampah plastik dapat menjadi barang bernilai ekonomis bagi masyarakat. Misal, dengan berbagai metode re-cycle, sampah plastik bisa dimanfaatkan untuk diolah Kembali.
Contohnya, banyak produk yang bisa dibuat menjadi barang bernilai profit. Produk kebutuhan sehari-hari, hingga tak jarang menyentuh industri lain, seperti yang dilakukan oleh Naufal Fajar Gumelar.
Ia adalah salah satu pengrajin olahan sampah plastik. Naufal berhasil menyulap sampah menjadi gitar bernilai artistik.
Baca juga: Atasi Sampah Plastik, Coca-Cola Europacific Partners Indonesia Resmikan Pabrik Daur Ulang
Pemuda asal Cianjur itu, menyikapi fenomena sampah hari ini dengan menyulapnya menjadi sebuah produk yang punya nilai jual tinggi. Produk daur ulang yang ia miliki bernama ‘After Waste’. Salah satu yang menjadi perhatiannya adalah gitar yang diolah dari kumpulan sampah plastik.
Naufal memulai bisnis olahan sampah plastik, dari eksperimennya membuat produk kreatif dari material plastik.
"Saya tertarik untuk mencoba material limbah plastik ini untuk dijadikan sebuah bahan baku utama,” terang Naufal kepada Z Creators.
Tahu plastik merupakan material kuat serta tahan lama, karena didesain dari bahan-bahan yang tak mudah hancur. Naufal pun tertarik untuk membuat barang bernilai jual dari bahan sampah plastik.
Mahasiswa jurusan Desain Produk Institut Teknologi Nasional itu, melangkah lebih maju memproduksi sesuatu yang dapat menjadi gebrakan di dunia pengolahan sampah plastik. Gerakan Zero Waste pun ia dalami sebagai prinsip membuat inovasi berkelanjutan tersebut.
"Bisnis ini mungkin lebih ke arah produk terbaru, apa yang menggebrak dan yang membantu mengurangi sampah dan menjaga lingkungan. Karena yang kami lihat, lebih fokus ke arah bagaimana caranya mengeluarkan output sebuah produk yang kemunginannya tidak akan jadi sampah Kembali,” tutur Naufal.
Bahkan, idenya membuat gitar dari olahan sampah plastik, ia dapatkan dari Gerakan Zero Waste yang ada di kotanya.
"Perihal sampah masih menggunung dan untuk di kota kami sendiri ada komunitas Zero Waste yang di mana, mereka bergerak dengan cara literasi dan sosial untuk mengajarkan kepada masyarakat gaya hidup sehat dan bebas sampah,” tambah Naufal.
Dari komunitas itulah, Naufal mulai tertarik mengembangkan produk olahan plastik buatannya. Salah satu kegiatan yang ia ikuti untuk mengenalkan gitar buatannya yakni dengan kolaborasi bersama komunitas Zero Waste, dalam peringatan hari bumi pada Jumat, 22 April 2022.
Walau demikian, ia mengaku bukan member komunitas tersebut, dengan alasan lebih fokus kepada tujuannya dalam bisnis berkelanjutan yang ia jalani.
Fenomena sampah hari ini, menjadi pemicu utama Naufal meluncurkan solusi berkelanjutan. Kreasi dari sampah plastik miliknya, menjadi sebuah inovasi yang bisa dikembangkan, khususnya di dunia musik.
Ia juga menambahkan, bahwa produknya sudah didistribusikan ke beberapa wilayah lain. Namun, tetap ada ciri khas yang membedakan antara produk yang ia buat dengan produk yang dikembangkan di daerah lain.
Prinsip re-cycle, baginya merupakan praktik yang tak hanya mampu menanggulangi plastik. Namun menumbuhkan nilai jual tinggi, diikuti nilai seni yang tinggi di bidangnya.
Meski demikian, produknya masih berpotensi menjadi limbah gitar atau sampah yang sewaktu-waktu bisa dibuang. Namun, ia menjamin jika produk yang ia buat memiliki ketahanan yang baik. Tak hanya itu, ia membuka service sendiri jika produk gitar miliknya rusak.
Plastik yang ia gunakan sebagai bahan baku pembuatan gitar, ia dapatkan dari tempat-tempat pembuangan sampah yang ada di Cianjur. Salah satunya ia dapatkan dari pusat pembuangan sampah Kecamatan Pamoyanan, tepatnya di jalan KH. Asnawi.
Di segi penyortiran, ia memilah sampah dengan jenis plastik yang beragam. Mulai dari jenis HDPE, LDPE, dan PET. Plastik-plastik tersebut kemudian ia sortir sesuai dengan warna yang sama.
Untuk membuat satu buah gitar, ia membutuhkan sebanyak 4 kg plastik. Namun, Naufal mengatakan, jika pihaknya membeli sekitar 122kg setiap satu bulan.
Naufal juga beralasan, bahwa inspirasinya memilih sampah sebagai olahan bagi produk gitarnya ialah karena gitar berbahan limbah plastik, tergolong unik khususnya bagi industry musik.
“Kepikiran kenapa gitar, karena yang suka musik itu banyak ya, terus bahan yang digunakan tidak seperti gitar pada umumnya, jadi ada keunikan tersendiri," papar pemuda Cianjur itu.
Produksi gitar miliknya, sudah melalui proses konsultasi dengan salah seorang perajin gitar di Bandung, Joko Waluyo. Menurutnya, gitar dengan material berbahan limbah plastik ini sangat bisa untuk menjadi produk pesaing unggul.
Sebagai pembuktian, hasil karyanya ia coba ke beberapa musisi lokal Bandung seperti gitaris band Mahkota dan gitaris Mustache and Beard. Kedua gitaris dari band kenamaan lokal tersebut berkata, bahwa material gitar sudah bagus.
Baca juga: Pakai Galon Guna Ulang Cegah Banyaknya Timbulan Sampah Plastik
Membuat gitar dari limbah plastik, memakan proses yang cukup panjang. Mulai dari menyortir plastik hasil penjaringan tempat pembuangan. Kemudian plastik yang sudah disortir, dicacah oleh mesin khusus hingga terpotong menjadi bagian-bagian kecil.
Plastik yang sudah tercacah, kemudian melewati proses pencucian. sebelum proses perekatan dengan oven, puing-puing plastik tersebut harus ditimbang sesuai dengan kebutuhan produksi. Setelahya, barulah plastik-plastik hasil penimbangan itu, dioven dengan suhu sekitar 180 derajat Celsius.
Setelah proses pemanggangan, badan gitar yang sudah terbentuk harus melalui dulu proses pendinginan, agar komponen plastik pada badan gitar mengeras. Kemudian, masuk ke proses assembling yakni perakitan badan gitar dengan bagian neck.
Tak hanya gitar, Naufal mengungkapkan bahwa ia ingin mengembangkan sayap bisnisnya dengan mengolah limbah plastik menjadi produk fashion.
"Rencananya pengen ke arah fashion, dalam waktu dekat mungkin tas ya,” terang Naufal.
Naufal juga sudah memiliki desain tas yang ia rancang juga dari bahan sampah plastik. Kedepannya, ia merencakan memasarkan produk tasnya pada konsumen. Produk tersebut, ia pasarkan lewat E-commers dan akun Instagram @after_waste.
Artikel Menarik Lainnya:
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: