Ilustrasi bayi prematur (Freepik/wirestock)
Dokter Spesialis Anak dr Akira Prayudijanto Sp.A mengungkapkan, bayi prematur mempunyai kesempatan yang sama dalam tumbuh kembangnya, layaknya bayi normal karena bisa ditangani.
"Bayi prematur juga punya kesempatan yang sama dengan bayi normal karena ada penanganan khusus untuk bayi prematur," kata dr. Akira, dalam diskusi mengenai kesehatan bayi prematur secara daring di Jakarta, Kamis (06/4/2023).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu. Dalam penanganan, orangtua bisa menggunakan skema Fenton (acuan perkembangan untuk bayi prematur) dengan mengukur tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala bayi.
Dr Akira mengatakan, proses pematangan bayi prematur harus dapat diselesaikan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Dimulai dari dalam kandungan, supaya tumbuh kembang anak tidak terganggu.
Baca juga: Hati-hati! Bayi yang Lahir Prematur Berisiko Terkena Diabetes Tipe 2
Jika masalah belum terselesaikan, maka maka setelahnya wajib untuk masuk klinik tumbuh kembang anak agar tidak terjadi stunting pada anak, tambah dia.
"Umumnya melalui klinik tumbuh kembang anak akan dipantau nutrisi, pertumbuhan, dan perkembangannya hingga usia tujuh atau delapan tahun," ungkap dr. Akira.
Lalu, jika perkembangan anak sudah membaik pada usia tujuh atau delapan tahun, maka perkembangan anak bisa menggunakan skema sesuai perkembangan anak pada umumnya.
Selain itu, orangtua juga harus memperhatikan perkembangan motorik bayi prematur, seperti kemampuan untuk duduk, berjalan, berbicara, dan lain-lain agar bayi prematur tidak hanya tumbuh namun juga berkembang.
Lebih lanjut dr Akira mengatakan, bayi prematur diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. Pertama adalah bayi yang memiliki berat badan dibawah satu kilogram. Bayi di klasifikasi ini paru-paru nya belum matang, maka dibantu penguatannya dan akan diberikan rujukan tingkat nasional.
Lalu, ada bayi dengan berat badan 1-1,5 kilogram. Bayi ini biasanya sudah lebih baik pernapasannya namun belum untuk organ lainnya seperti mata dan telinga.
Baca juga: 5 Kondisi Buruk yang Dialami Orangtua saat Anak Lahir Prematur, Waspadai!
Kemudian, ada bayi dengan berat badan 1,5-2,5 kilogram dengan perkembangan yang lebih baik dari kategori yang lain namun biasanya masih bermasalah pencernaannya, tambah dia.
"Tentu saja kita inginkan yang terbaik. Jangan sampai bayinya hidup tapi tidak lengkap, organ belum matang. Kita ingin bayi-bayi itu hidup dengan berkualitas," pungkasnya.
Dr Akira menyarankan agar orangtua tidak panik dan khawatir, karena pemerintah sudah menyiapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPNM) terkait penanganan bayi prematur.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga melengkapi puskesmas dengan alat bantu USG (Ultrasonografi untuk bantu deteksi kehamilan). Dari 10 ribu puskesmas saat ini sudah sekitar dua ribu puskesmas yang sudah dilengkapi fasilitas USG.
"RJPNM menargetkan nol kematian bayi pada tahun 2024, alhamdulillah sejak tahun 2020 kita sudah berada di jalan yang tepat. Insya Allah target akan terpenuhi," imbuhnya.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: