Kategori Berita
Media Network
Selasa, 12 MARET 2024 • 11:00 WIB

Tak Perlu Takut Tak Punya Keturunan di Usia Tua, Pembekuan Sel Ovarium Bisa Tunda Monopause dan Jaga Kesuburan

Ilustrasi perempuan (Pexels/Andrea Piacquadio)

INDOZONE.ID - Orang tua takut tak bisa memiliki keturunan di usia tua, ketika ingin menambah momongan, karena mengalami monopause. Kali ini, para Ilmuwan menganalisis mengenai hal ini.

Berakhir siklus mentruasi atau haid menjadi kekhawatiran pada wanita karena tak bisa memberikan keturunan lagi. Apalagi, marak terjadi pernikahan pada usia tua.

Apa yang menjadi siklus bulanan bagi para wanita ini memang selalu dinanti, walaupun mempengaruhi perubaha suasana hati, kram hingga efek lain yang dirasakan saat mentruasi.

Menjadi pertanyaan besar apakasa menopause dapat ditunda, untuk mencegah beberapa risiko kesehatan dan gejala yang tidak nyaman terkait dengan penurunan kadar estrogen.

Beberapa orang mempercayai bahwa penelitian semacam ini dapat memberikan manfaat yang mengubah hidup wanita, sementara yang lain menganggap menopause sebagai tahapan kehidupan yang didorong secara biologis dan tidak boleh dipatalogikan oleh ilmu kedokteran.

Seorang ahli biologi ovarium yakni Kutluk Oktay di Yale School of Medicine, yang juga sebagai direktur Laboratorium Reproduksi Molekuler dan Pelestarian Kesuburan, menjelaskan ia telah telah menerbitkan penelitian tentang berbagai kemungkinan hasilnya, ketika menopause tertunda melalui pembekuan ovarium.

Baca Juga: 5 Resiko Kesehatan Tidur Menjelang Waktu Magrib

Ia mengembangkan dan melakukan prosedur transplantasi ovarium pertama di dunia dengan kriopreservasi untuk pasien dengan indikasi medis pada tahun 1999, dimana melihat masa depan wanita sehat dapat menggunakan proses pembekuan puluhan ribu sel telur di dalam ovarium untuk mencegahnya menopause selama beberapa dekade.

Untuk pertama kalinya bahkan dalam sejarah medis, kita memiliki kemampuan untuk menunda atau mencegah menopause,” ujat Oktay selaku profesor ilmu kebidanan, ginekologi, dan reproduksi di YSM.

Ini dilakukan dengan menggunakan data dari ratusan prosedur kriopreservasi dan transplantasi ovarium sebelumnya, serta studi molekuler tentang bagaimana folikel ovarium berperilaku dalam ovarium.

Baca Juga: Jangan Lakukan Hal Ini Kepada Seseorang yang Mengidap Depresi: Kenali Gejalanya dan Tunjukkan Empati

Oktay dan rekannya membangun model matematika baru yang diterbitkan dalam American Journal of Obstetrics & Gynecology, untuk memprekdiksi berapa lama operasi dilakukan dan berpotensi menunda menopause dalam berbagai keadaan pada wanita.

Kriopreservasi juga telah digunakan untuk para pasien terkena kanker untuk menjaga kesuburan mereka yang seringkali merusak cadangan sel telur di ovarium secara permanen dan memicu menopause.

Selama prosedur ini seorang ahli bedah secara laparoskopi telah mengangkat seluruh ovarium atau lapisan bagian luarnya yang berisi ratusan ribu sel telur yang tidak aktif dan belum matang (folikel promordial).

Jaringan ini disimpan dalam wadah tertutup setelah dibekukan dengan proses khusus dan disimpan pada suhu 320 derajat Fahrenheit.

Pembekuan ovarium dengan proses ini akan bisa diawetkan, pada titik tertentu biasanya memakan waktu bertahun – tahun di masa depan, dokter bedah akan menanamkan kemabli jaringna yang telah dicairkan ke pasien secara laparoskopi atau dengan metode menempatkan jaringan dibawah kulit pasien dengan diberikan obat penenang intravena.

Dalam waktu 3 sampai 10 hari jaringan yang telah ditransplantasikan akan mendapatkan kembali keterikan dengan pembuluh darah disekitarnya dan mengembalikan fungsi ovarium dalam waktu sekitar 3 bulan saja.

Baca Juga: Meski Diperbolehkan di Negara Lain, Minum Air Keran Ternyata Sebabkan Kanker dan Cacat Lahir

Model matematika yang telah diterbitkan ini berfokus pada wanita yang menjalani kriopreservasi jaringan ovarium dengan mempertimbangkan beberapa faktor termasuk usia pasien yang menjalani prosedur ini yang memainkan peran penting dalam menentukan berasa lapa menopause bisa tertunda.

"Semakin muda seseorang maka akan semakin banyak jumlah telur yang dimiliki serta semakin tinggi kualitasnya,” kata Oktay.

Dikutip dari scitechdaily.com, model ini memperhitungkan wanita berusia 21 dan 40 tahun, sedangkan di atas usia itu menunjukan bahwa prosedur ini kemungkinan besar tidak menunda menopause dengan cadangan sel telur rata – rata, namun hal ini dapat berubah seiring dengan berkembangnya metode pembekuan dan transplantasi yang lebih efisien pada wanita di masa depan.

Baca Juga: Psikolog Jelaskan Penyebab Generasi Muda Punya Kesehatan Mental yang Buruk

Selain itu, model ini memberikan wawasan terkait jumlah ideal jaringan ovarium yang dikumpulkan. Semakin banyak yang diangkat oleh ahli beda, maka semakin lama prosedur untuk menunda menopause, namun pengangkatan terlalu banyak dapat sebabkan menopause dini.

Model ini memberikan kita jumlah jaringan optimal yang dapat diambil untuk seseorang pada usia tertentu,” ucap Oktay.

Model ini memperhitungkan proses penyembuhan setelah ahli bedah mengembalikan jaringan ovarium yang diambil kepada pasien, selama proses penyembuhan ini beberapa folikel primordial hilang, studi pada hewan menunjukkan sebanyak 60% folikel primordial tidak dapat bertahan hidup pasca transplantasi sehingga menyisakan 40% yang dapat bertahan hidup.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Scitech Daily

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Tak Perlu Takut Tak Punya Keturunan di Usia Tua, Pembekuan Sel Ovarium Bisa Tunda Monopause dan Jaga Kesuburan

Link berhasil disalin!