Kategori Berita
Media Network
Rabu, 31 JULI 2024 • 07:55 WIB

Waspadai Mata Kering pada Anak Akibat Screen Time Berlebihan, Orang Tua Harus Tegas!

Gejala yang dirasakan penderita mata kering umumnya berupa mata yang tidak nyaman, seperti mengganjal, sering merah, berair, terasa kering, sensasi berpasir, muncul kotoran, terasa lengket, dan sering mengucek mata.

Dr. Niluh Archi S. R., SpM (dr. Manda) menekankan pentingnya kepekaan orang tua terhadap gejala-gejala mata kering pada anak. Orang tua harus tanggap dan kritis jika mendapati anak mulai menunjukkan gejala-gejala mata kering serta segera memeriksakannya ke dokter mata.

Selain itu, orang tua harus tegas memberlakukan batasan screen time pada anak. Dengan disiplin menjalankan screen time yang bijak, anak diharapkan bisa terhindar dari risiko mata kering.

Dr. Niluh Archi S. R., SpM (dr. Manda), Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak di JEC Eye Hospitals and Clinics

Baca Juga: Sering Sakit Kepala di Belakang Mata, Ternyata Ini Penyebabnya

Menurut rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak di bawah 1 tahun tidak boleh menatap layar gawai. Untuk anak usia 1-3 tahun, screen time tidak boleh lebih dari 1 jam dengan beberapa catatan, seperti hanya video chatting untuk berkomunikasi bagi anak 1-2 tahun.

Untuk anak usia 3-6 tahun, waktu screen time maksimal adalah satu jam per hari, dan semakin singkat semakin baik. Bagi anak usia 6-12 tahun, screen time yang disarankan adalah maksimal 90 menit per hari. Sementara untuk anak usia 12-18 tahun, screen time tidak boleh lebih dari 2 jam per hari.

Namun, realitas screen time anak masih jauh dari rekomendasi ideal tersebut. Sebuah studi di Korea menunjukkan bahwa 9,1 persen anak-anak berusia 9-12 tahun telah mengalami gangguan mata kering akibat penggunaan ponsel pintar rata-rata selama 3,18 jam per hari. Penelitian lain di Perancis juga menemukan bahwa anak-anak berusia 7-19 tahun menghabiskan lebih dari 3 jam per hari untuk menatap layar.

Di dua cabang JEC (RS Mata JEC @ Kedoya dan JEC @ Menteng), terjadi lonjakan pasien mata kering sebesar 62 persen pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam empat tahun terakhir (2019-2022), JEC telah menangani lebih dari empat ribu pasien gangguan mata kering.

Dr. Niluh Archi S. R., SpM (dr. Manda) menambahkan bahwa jika tidak segera ditangani, mata kering kronis dapat menyebabkan peradangan atau infeksi pada konjungtiva, peradangan pada kornea, ulkus kornea, atau luka terbuka pada kornea.

Dampak lanjutan mata kering yang belum tertangani sering kali berupa pandangan kabur yang membuat anak kesulitan membaca. Untuk mencegah dampak mata kering pada anak, pemeriksaan mata secara dini dan berkala menjadi solusi yang tepat.

JEC juga menawarkan solusi layanan terpadu mata kering melalui JEC Dry Eye Service, yang dilengkapi dengan fasilitas lengkap dan teknologi modern.

Layanan ini meliputi edukasi dan konsultasi, diagnostik, serta tindakan medis berupa terapi dry eye. Pemeriksaan mata kering melalui JEC Dry Eye Service mencakup Dry Eye Questionnaire, Schirmer Test, Tear Break Up Time/TBUT, Ocular Surface Staining, Meibography, TearLab® Osmometer, dan keratograph.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, tim ahli JEC Dry Eye Service akan memberikan penanganan yang sesuai, mulai dari artificial tears substitute/lubricants hingga punctal plug pada kondisi berat, pemberian anti-inflamasi dan antibiotik tetes mata maupun oral, hingga autologous serum tetes mata untuk memperbaiki permukaan mata yang rusak.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: JEC & IDAI

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Waspadai Mata Kering pada Anak Akibat Screen Time Berlebihan, Orang Tua Harus Tegas!

Link berhasil disalin!