Ilustrasi Cairan Roculax (Freepik @freepik)
INDOZONE.ID - Cairan Roculax menjadi sorotan publik setelah kasus yang melibatkan seorang mahasiswi Kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP) viral.
Dilaporkan bahwa dr. Aulia Risma Lestari, seorang dokter yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), menyuntikkan Roculax ke dalam tubuhnya.
Lantas apa itu Cairan Roculax berikut ini adalah pembahasannya selengkapnya.
Baca Juga: Studi: Manusia Mengalami Penuaan Ekstrem di Usia 44 dan 60 Tahun
Ilustrasi Cairan Roculax (Freepik @freepik)
Cairan Roculax adalah nama dagang untuk rocuronium bromide, sejenis obat pelemas otot yang sering digunakan dalam prosedur medis.
Menurut informasi dari MayoClinic, cairan Roculax biasanya digunakan bersamaan dengan obat anestesi umum, terutama dalam prosedur intubasi cepat dan intubasi trakea rutin.
Obat ini membantu mengendurkan otot selama operasi atau ketika pasien membutuhkan ventilasi mekanis. Karena efeknya yang kuat, penting untuk memahami penggunaan dan resiko cairan Roculax secara mendalam.
Roculax hanya boleh diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan yang terlatih. Obat ini tersedia dalam bentuk larutan yang disuntikkan ke pembuluh darah. Meskipun sangat bermanfaat dalam prosedur medis yang kompleks, penggunaannya harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Ilustrasi Batuk Akibat Resiko Roculax (Freepik.com @benzoix)
Salah satu resiko Roculax adalah kemungkinan terjadinya reaksi alergi serius yang disebut anafilaksis, yang bisa mengancam nyawa.
Reaksi ini memerlukan perhatian medis segera jika muncul gejala seperti ruam, gatal, kesulitan bernapas, atau pembengkakan pada tangan, wajah, atau mulut.
Selain itu, resiko Roculax juga bisa menimbulkan efek samping lainnya, terutama jika digunakan dalam jangka waktu lama atau bersamaan dengan obat lain seperti steroid. Efek samping ini bisa berupa kelemahan otot ekstrem atau berkelanjutan, yang dikenal sebagai miopati.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Mayo Clinic