Kebanyakan keguguran terjadi karena janin tidak berkembang dengan baik. Sekitar setengah hingga dua pertiga dari keguguran pada trimester pertama terkait dengan jumlah kromosom yang tidak normal.
Kromosom adalah struktur dalam setiap sel yang membawa gen, yang menentukan bagaimana tubuh berfungsi dan tumbuh. Jika terdapat jumlah kromosom yang kurang atau lebih dari seharusnya, hal ini dapat menyebabkan keguguran.
Berikut beberapa kondisi terkait kromosom yang bisa menyebabkan keguguran antara lain:
Terjadi ketika embrio tidak terbentuk atau embrio yang terbentuk diserap kembali oleh tubuh.
Embrio terbentuk tetapi berhenti berkembang sebelum gejala kehilangan kehamilan terjadi.
Pada kehamilan mola, janin tidak berkembang dan jaringan plasenta tumbuh secara tidak normal. Pada kehamilan mola parsial, janin berkembang namun tidak bisa bertahan hidup karena memiliki kromosom ekstra.
Ilustrasi wanita obesitas. (Freepik)
Beberapa kondisi kesehatan pada ibu hamil juga bisa meningkatkan risiko keguguran. Beberapa di antaranya adalah diabetes yang tidak terkontrol, infeksi, masalah hormon, gangguan pada rahim atau leher rahim, penyakit tiroid, dan obesitas.
Jika ibu mengalami kondisi-kondisi tersebut, penting untuk berkonsultasi dengan dokter secara rutin untuk meminimalkan risiko.
Ilustrasi obesitas yang menjadi faktor penyebab keguguran pada ibu hamil. (freepik.com)
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko keguguran antara lain:
Risiko keguguran meningkat seiring bertambahnya usia. Di usia 35, risiko keguguran sekitar 20%, di usia 40 meningkat menjadi sekitar 33-40%, dan di usia 45 berkisar antara 57-80%.
Jika anda pernah mengalami keguguran sebelumnya, risiko kehilangan kehamilan lebih tinggi.
Kondisi kesehatan kronis seperti diabetes yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko keguguran.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Mayoclinic.org