Melihat Tradisi Nyewu Warga Muslim Tengger di Lereng Gunung Bromo, Bukti Toleransi yang Tinggi
INDOZONE.ID - Berbicara tentang budaya di Indonesia tidak akan pernah ada habisnya. Di lereng Gunung Bromo ada salah satu desa yang beragama Islam dan diapit oleh desa-desa yang beragama Hindu.
Desa tersebut adalah Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, namun toleransi antar umat beragama sangat terjaga dan harmonis.
Warga Hindu Tengger akan melakukan ritual entas–entas sebelum menggelar hajatan. Tujuannya untuk mendoakan para leluhurnya yang sudah tiada.
Sedangkan warga beragama Islam memiliki satu tradisi yang mana tujuannya hampir sama dan tidak jauh berbeda dengan entas-entas, yakni tradisi nyewu.
Tradisi entas-entas dilakukan oleh umat Hindu Tengger dengan sesajen yang begitu banyak lengkap dengan ayam panggang serta pakaian leluhur yang sudah meninggal.
Dalam tradisi nyewu perlengkapan sesajen tidak memakai ayam panggang, adapun perlengkapan yang digunakan adalah limas yang terbuat dari daun pisang yang diikat dengan janur yang berisi nasi dan lauk pauk serta jajan pasar, tempat beras, sebutir kelapa, gula, pisang satu sisir, kendil, lampe tempel, bantal, tikar, sepasang sandal, payung, janur dan kain kafan sebagai pembungkus, untuk satu set perlengkapaan sesajen untuk satu leluhur yang diselamati atau istilahnya disewu.
Setelah semua sajen ditata dan siap pula acara ritual nyewu. Para undangan yang hadir membaca surat Yasin dan Tahlilan yang ditujukan untuk para leluhur. Setelah ritual doa bersama selesai maka yang hadir berebut sajen yang ditata dan didoakan tadi.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators