Rabu, 07 FEBRUARI 2024 • 21:00 WIB

Sejarah Isra Mi'raj, Mengungkap Perjalanan Istimewa Rasulullah SAW

Author

Ilustrasi Isra Mi'raj.

INDOZONE.ID - Peristiwa Isra Mikraj pada 27 Rajab, tahun kedelapan kenabian, bukan sekadar catatan sejarah.

Melalui perjalanan suci Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina, dan kemudian melanjutkan ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh, terungkaplah keagungan dan keajaiban yang sulit dipahami secara logika.

Keistimewaan Isra Mikraj

Perjalanan ini diawali dengan firman Allah SWT yang diawali dengan kata 'subhana,' mencerminkan keagungan dan kasih-Nya terhadap Nabi Muhammad SAW.

Sebuah perjalanan yang tidak hanya fisik, tetapi juga spiritual, di mana Rasulullah menempuh perjalanan secepat kilat dan naik ke langit hingga Sidratul Muntaha.

Baca Juga: Yuk Simak! 5 Fakta Menarik di Balik Peristiwa Isra' Mi'raj

Makna Isra dan Mi'raj

Isra, perjalanan malam hari, bukan sekadar perpindahan fisik, melainkan suatu bentuk pengangkatan spiritual.

Mi'raj, yang artinya naik, mewakili perjalanan Rasulullah ke tingkatan spiritual tertinggi, yakni Sidratul Muntaha.

Sebuah perjalanan yang mengajarkan umat Islam tentang ketinggian spiritual dan pencapaian yang luar biasa.

Tasliyah (Hiburan) dari Allah SWT

Menurut Syekh Muhammad Khudori, peristiwa Isra dan Mi'raj merupakan tasliyah dari Allah SWT sebagai hiburan kepada Rasulullah yang tengah dilanda kesedihan, akibat kehilangan Khadijah dan Abu Thalib.

Perjalanan ini terjadi pada tahun ke-11 kenabian, ketika Nabi Muhammad SAW berusia 51 tahun. Suatu tanda kasih sayang Ilahi yang tidak terhingga.

Perjalanan ke Sidratul Muntaha dan Pertemuan dengan Para Nabi

Perjalanan Rasulullah ke Sidratul Muntaha tidak sekadar perpindahan melalui langit-langit, melainkan penuh makna dan keajaiban.

Singgah di tujuh lapis langit membawa pertemuan dengan Nabi Adam, Nabi Yahya dan Nabi Ishaq, Nabi Yusuf, Nabi Idris, Nabi Harun, dan akhirnya, Nabi Ibrahim di langit ketujuh.

Suatu perjalanan yang memperkuat iman Rasulullah dan mengukuhkan tugas berat yang diembannya.

Pelajaran dari Isra Mi'raj

Sebelum perjalanan dimulai, hati Rasulullah dibelah oleh malaikat Jibril dan Mikail, dicuci dengan air zam-zam, dan diisi dengan hikmah dan iman.

Pembedahan hati ini menjadi pelajaran penting bahwa hati adalah pusat keimanan dan ketaqwaan, bukan sekadar otak dan logika. Hati merupakan pusat metabolisme keimanan dan ketaqwaan, memandu umat Islam pada kebaikan universal.

Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Singkat tentang Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW

Tantangan dan Kekuatan Iman

Isra Mi'raj juga menghadirkan tantangan bagi umat Islam. Meskipun kaum kafir Quraisy mencemooh dan mengejek, iman Abu Bakar Ash Shiddiq tetap kokoh.

Abu Bakar meminta penjelasan langsung dari Rasulullah dan menerimanya dengan penuh keyakinan, sehingga dijuluki "Ash-Shiddiq" yang berarti yang membenarkan.

Isra Mi'raj sebagai Pondasi Iman

Peristiwa Isra Mikraj bukan sekadar sejarah, melainkan pondasi iman bagi umat Islam. Dalam perjalanan yang tak terlukiskan secara logika, terdapat keajaiban, hikmah, dan kebenaran yang menguatkan keyakinan umat Islam.

Isra Mi’raj adalah bukti cinta dan kasih Allah kepada Rasulullah serta hikmah yang memberi arahan pada umat Islam untuk memperkuat iman dan ketaqwaan.

Keindahan peristiwa ini mengajarkan bahwa jalan spiritual memerlukan keyakinan yang kokoh dan hati yang tulus.

Writer: Putri Octavia Saragih


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Gramedia Blog