Kamis, 18 JULI 2024 • 12:57 WIB

Kisah Gigih Indah Sukma, Satu-satunya Siswa MAN 1 Lombok Timur yang Dapat UKT Gratis di UGM

Author

Gigih Indah Sukma Halwai.

INDOZONE.ID - Satu-satunya murid MAN 1 Lombok Timur yang berhasil masuk UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) tahun ini, Gigih Indah Sukma Halwai (17) tak henti mengucap syukur saat dinyatakan diterima di program studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM. 

“Deg-degan, nangis, bahagia, semuanya campur. Saya masih tidak percaya diterima di UGM lewat SNBP. Di sekolah saya, jarang ada yang lulus SNBP,” ceritanya saat ditemui di rumahnya yang berada di Desa Tirtanadi, Kecamatan Labuhan Haji,  Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (17/7/2024).
 
Anak ketiga dari empat bersaudara ini cukup aktif mengikuti klub belajar fisika di sekolahnya karena kegemarannya terhadap mata pelajaran tersebut.
 
Baca Juga: Luar Biasa! Anak Petani di Jember Dapat Beasiswa Kuliah Kedokteran di Cina, Begini Kisahnya
 
Di klub tersebut, dirinya sudah biasa membahas soal-soal olimpiade hingga seringkali membuat kreasi alat inovasi. Meski (fisika) terkenal sulit, membuatnya merasa senang dan tertantang.
 
Gigih juha berhasil meraih berbagai prestasi, termasuk medali perak dan perunggu di olimpiade fisika dan gelar juara 1 di kompetisi inovasi sains tingkat provinsi.
 
Mimpinya berkuliah di UGM ia terus berupaya rajin belajar dan mengikuti berbagai perlombaan. 
 
Berkat dukungan Sang Ayah, Muhidin (59), Gigih bersyukur cita-citanya selalu berjalan mulus untuk meraij pendidikan setinggi-tingginya. 
 
Ayahnya tidak pernah memaksa Gigih untuk menjadi juara kelas, menurutnya yang terpenting adalah sang anak rajin belajar dan memiliki karakter yang baik.
 
"Sebagai orang tua selalu memberikan motivasi, apa pun pendapatnya tidak pernah saya bantah. Selagi cita-cita Gigih baik bagi hidupnya di dunia dan akhirat, saya berdoa semoga Tuhan mengabulkan. Begitupula saat memilih kuliah di UGM , keluarga tentu mendukung,” ucap Muhidin.
 
Meski tak mudah bagi Muhidin menjalani peran sebagai ayah sekaligus ibu selepas istrinya, Purnawati yang meninggal dunia pada 2019. 
 
Kepergian sang istri yang mendadak tentu menjadi ujian berat tak hanya baginya, namun juga bagi keempat anaknya. Awalnya, dirinya mengaku kesulitan menyesuaikan diri dengan tanggung jawab ganda ini, apalagi perkembangan anak bungsunya yang agak terhambat.
 
Ini karena dulu mendiang istrinya yang mengurus toko alat rumah tangga yang ada di depan rumah mereka. Penghasilan dari toko tersebut diklaimnya sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun, karena tak ada lagi yang semahir istrinya, kini tidak ada yang mengurusi toko tersebut. 
 
Saat ini Muhidin bekerja sebagai guru honorer setalah dua tahun berselang, yang mana temannya menawarkan posisi guru matematika di MAS NW Korleko.
 
Lulusan Pertanian Universitas Mataram tahun 1990 ini mengaku tak langsung mendapatkan pekerjaan setelah wisuda. 
 
“Pernah juga saya ikut teman jadi TKI di Malaysia, tetapi hanya setahun. Selepas itu, saya kembali lagi jadi guru,” kenangnya.
 
Lewat pekerjaan itu, ia hanya mendapat penghasilan sejumlah 2.000.000 rupiah sebulan, karena itu Muhidin harus putar otak untuk mencukupi kebutuhan keluarga. 
 
Terlebih, pada Desember ini, dirinya tak lagi menerima uang sertifikasi lantaran memasuki usia pensiun. 
 
Meski masih diperbolehkan mengajar, penghasilannya akan berkurang drastis karena hanya mendapat gaji pokok sejumlah 500.000 rupiah per bulan.
 
“Untuk tambah-tambah setelah mengajar, saya ngarit rumput untuk pakan sapi,” kata Muhidin.
 
Meski penghasilannya terbilang pas-pasan, sebagai orangtua selalu berupaya memenuhi kebutuhan anak-anaknya termasuk Gigih. 
 
Meski awalnya Muhidin merasa berat dan khawatir untuk melepas anaknya menimba ilmu yang jaraknya lebih 800 kilometer. Apalagi, biaya untuk menyekolahkan Gigih di perantauan  tidak sedikit.
 
Diketahui, Muhidin sebagai guru honorer sudah lebih dari 30 tahun Muhidin. Adakalanya, saat dirinya beristirahat di ruang guru, ia dan beberapa rekan menangisi anak-anak yang terlampau nakal. 
 
Meski begitu, ia tetap mendoakan agar segala ilmu yang ia berikan bisa bermanfaat buat mereka. 
 
Saat kabar bahagia datang ke Muhidin sang anak yakni Gigih dinyatakan mendapatkan subsidi UKT 100% dari UGM.
 
Kala itu, ia dan Gigih terkejut hingga sang anak harus memeriksa layar beberapa kali. Kini, ia dan Gigih tinggal menunggu pengumuman beasiswa KIP Kuliah.
 
“Saya sangat merasa terbantu adanya subsidi UKT untuk Gigih, mengingat keadaan ekonomi yang sulit seperti ini,” ucapnya berterima kasih sambil berdoa agar subsidi ini dimanfaatkan Gigih dengan sebaik-baiknya.
 
Baca Juga: Bangga! Mahasiswa Asal Parepare Berhasil Meraih Beasiswa Mosma ke Negeri Paman Sam
 
Muhidin terus mengingatkan kepada Gigih untuk selalu menjaga tutur kata dan perilaku di tanah rantau serta untuk selalu disiplin menunaikan shalat lima waktu.

Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Pers Rilis