Selasa, 22 APRIL 2025 • 17:22 WIB

Marriage is Scary: Ini Penyebab Gen Z Takut atau Pilih Nunda untuk Nikah

Author

Ilustrasi menikah (freepik.com)

INDOZONE.ID - Generasi Z atau akrab disebut dengan Gen Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012.

Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z memandang pernikahan dengan lebih hati-hati dan banyak di antara mereka yang menganggapnya sebagai langkah yang menakutkan.

Penelitian dari Fadilatunnisa, Utaminingsih, dan Muhammadun (2023) mengungkap berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi Gen Z terhadap pernikahan. Lalu, apa saja faktor itu?

Baca Juga: 30 Caption Hari Ibu Kartini yang Penuh Makna dan Inspiratif 2025

Faktor Sosial Ekonomi dan Prioritas Pendidikan

Dalam penelitian yang telah dilakukan menghasilkan bahwa mayoritas Gen Z di Indonesia memprioritaskan pendidikan dan karir sebelum memutuskan untuk menikah.

Temuan ini menunjukkan bahwa 72% responden Gen Z menganggap pendidikan tinggi dan stabilitas karir sebagai prasyarat penting sebelum memasuki jenjang pernikahan.

Bagi generasi ini, pendidikan menjadi investasi utama yang harus diselesaikan sebelum memikirkan komitmen jangka panjang seperti pernikahan.

Latar belakang ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan orang tua juga menjadi faktor yang mempengaruhi pertimbangan mereka tentang waktu yang tepat untuk menikah.

Institusi pendidikan dan keagamaan perlu mengadaptasi pendekatan mereka untuk lebih relevan dengan konteks dan tantangan yang dihadapi Gen Z.

Alih-alih menekankan pernikahan pada usia muda, pendekatan yang lebih seimbang dengan memperhatikan kesiapan mental, emosional, dan finansial dapat lebih efektif.

Selain itu, biaya hidup yang semakin tinggi, ketidakstabilan pasar kerja, dan kesadaran akan tanggung jawab ekonomi dalam rumah tangga membuat Gen Z lebih berhati-hati sebelum memutuskan untuk menikah.

Mereka ingin memastikan bahwa secara finansial mereka sudah mandiri dan mampu menghidupi keluarga dengan layak.

Baca Juga: 6 Tanaman Pembawa Keberuntungan Menurut Feng Shui

Ketakutan mengenai Tanggung Jawab dan Kesiapan Mental

Gen Z mengaku takut dengan tanggung jawab yang muncul setelah menikah. Pernikahan tidak hanya dipandang sebagai penyatuan dua individu tetapi juga pembebanan tanggung jawab baru yang berat.

Kematangan emosional menjadi faktor penting dalam persiapan pernikahan menurut Gen Z. Fadilatunnisa dkk. mencatat bahwa banyak responden merasa perlu untuk memahami diri sendiri, dan mencapai kestabilan emosional terlebih dahulu sebelum berkomitmen pada orang lain melalui pernikahan.

Perubahan Persepsi tentang Usia Ideal Menikah

Hasil penelitian menunjukkan pergeseran signifikan dalam persepsi usia ideal untuk menikah.

Jika generasi sebelumnya mungkin menganggap usia awal 20-an sebagai saat yang tepat untuk menikah, survei dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa mayoritas Gen Z menganggap usia ideal menikah untuk perempuan adalah 24-27 tahun, dan untuk laki-laki 27-30 tahun.

Penundaan ini terkait erat dengan keinginan untuk menyelesaikan pendidikan, membangun karir, dan mencapai kematangan emosional sebelum memutuskan untuk menikah.

Ini menunjukkan pergeseran nilai dari generasi sebelumnya yang cenderung menikah lebih muda.

Gen Z tetap Memandang Pernikahan sebagai Tujuan Jangka Panjang

Meskipun banyak ketakutan dan kekhawatiran, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Gen Z masih memandang pernikahan sebagai tujuan jangka panjang.

Oleh karena itu, mereka mempertimbangkan dengan sangat matang mulai dari melihat kondisi hubungan pernikahan di sekitar sampai kesiapan mental diri sendiri.

Ini menunjukkan bahwa daripada menolak institusi pernikahan secara keseluruhan, Gen Z lebih banyak melakukan redefinisi tentang waktu yang tepat dan kondisi yang ideal untuk menikah.

Ketakutan Gen Z terhadap pernikahan tidak serta-merta berarti mereka anti terhadap institusi pernikahan itu sendiri.

Alih-alih menolak pernikahan, Gen Z sedang mendefinisikan ulang makna, waktu, dan konteks pernikahan yang sesuai dengan kondisi mereka.

Mereka menginginkan pernikahan yang didasarkan pada kesiapan yang matang baik secara mental, emosional, maupun finansial serta nilai-nilai kesetaraan dan saling menghormati.

Pemahaman terhadap pergeseran pandangan ini penting bagi orang tua, pendidik, pemuka agama, dan pembuat kebijakan untuk dapat memberikan dukungan yang tepat bagi Gen Z dalam mempersiapkan diri menuju pernikahan yang sehat dan berkelanjutan. Lantas, bagaimana pendapatmu?


Z Creators UNIV. NEGERI MALANG

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal