INDOZONE.ID - Udah bawa anak ke belasan dokter tapi nggak ada yang bisa kasih jawaban jelas pasti bikin frustasi.
Itu juga yang dirasain Courtney, seorang ibu yang selama tiga tahun berjuang cari tahu apa sebenarnya yang dialami sang anak.
Dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, hasilnya tetap sama, nggak ada yang tahu pasti sakitnya apa. Sampai akhirnya, jalan keluar datang dari tempat yang nggak disangka, sebuah chatbot Artificial Intelligence (AI) bernama ChatGPT.
Baca Juga: Trump Cabut Izin Harvard Terima Mahasiswa Asing, Ini Alasannya!
Semua bermula ketika sang anak, Alex, mulai ngeluh sakit waktu usianya baru empat tahun, pas pandemi lagi ramai-ramainya.
Awalnya cuma nyeri biasa dan berujung dikasih obat pereda nyeri. Tapi keluhan makin aneh, Alex jadi sering gigit-gigit barang, padahal dicek giginya nggak ada masalah.
Setelah dicek ke ortodontis, ketahuan langit-langit mulutnya kecil, dan dipasang alat expander.
Keluhannya sempat mereda, tapi kemudian muncul masalah lain dengan pertumbuhan Alex yang melambat dan jalannya juga nggak normal.
Selama tiga tahun, Courtney bawa Alex ke total 17 dokter dari berbagai bidang. Tapi semuanya bilang hal yang berbeda dan nggak ada yang bisa kasih penjelasan pasti.
Karena bingung dan kepepet, Courtney akhirnya coba masukin data medis Alex ke ChatGPT, termasuk hasil Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Dari situ, ChatGPT menyebut kemungkinan Alex mengalami tethered cord syndrome (TCS), yaitu kondisi saraf tulang belakang yang tertarik karena ada perlengketan, dan ini sering terjadi bareng spina bifida occulta atau kelainan bawaan yang sering nggak ketahuan sejak lahir.
Setelah itu, Courtney bawa Alex ke dokter bedah saraf lain. Dan kali ini, diagnosa TCS dikonfirmasi langsung oleh dokter.
Baca Juga: Merasa Hidup Selalu Tertinggal? Ini 7 Kebiasaan yang Perlu Kamu Tinggalkan
Cerita ini jadi pengingat bahwa teknologi bisa banget bantu di saat semua cara konvensional belum berhasil.
Meski tetap butuh peran dokter buat mastiin diagnosis, bantuan dari chatbot seperti ChatGPT bisa jadi langkah awal yang membuka jalan menuju solusi.
Kadang, jawaban yang dicari nggak jauh asal kita tetap konsisten dan berani coba segala cara.
Penulis: Eliani Kusnedi
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Instagram @wrongarea