Berdirinya negara Republik Indonesia memang tidak terlepas dari peran Bung Karno. Bung Karno merupakan Presiden Pertama Republik Indonesia.
Ir. Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 6 Juni 1901 dan wafat pada 21 Juni 1970 dengan usia 69 tahun. Beliau menjabat sebagai Presiden dengan masa periode 1945-1966.
Bung Karno, kerap memunculkan ide-ide yang revolusioner. Salah satu buah pemikirannya terhadap bangsa adalah Pancasila yang juga dikenal sebagai ideologi negara.
Karena aktivitas politiknya dianggap membahayakan pemerintah kolonial Belanda, Soekarno pun kerap diasingkan di beberapa wilayah di Indonesia, di sana Soekarno tinggal di sebuah rumah sederhana milik warga.
Kini rumah pengasingan yang menjadi situs peninggalan Bung Karno menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Ingin tahu? Berikut ini ulasannya:
1. Rumah Bung Karno di Bengkulu
Usaha Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia acap kali membuatnya diasingkan ke beberapa daerah di Indonesia. Nah, salah satu tempat di mana dia akhirnya diasingkan, adalah Bengkulu.
Saat diasingkan ke Bengkulu, Soekarno tinggal di sebuah rumah yang berada di jalan Sukarno Hatta Kelurahan Anggut Atas kecamatan Gading Cempaka. Rumah itu awalnya dimiliki oleh seorang pedagang Tionghoa bernama Lion Bwe Seng. Kemudian rumah tersebut disewa oleh Belanda untuk menempatkan Bung Karno selama menjalani masa pengasingannya di Bengkulu. Rumah itu ditinggali oleh Soekarno sejak tahun 1938 sampai 1942.
2. Rumah Bung Karno di NTT
Soekarno juga pernah diasingkan ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur mulai tahun 1934-1938 di sana ia tinggal di sebuah rumah sederhana milik warga bernama Abdullah Ambuwaru. Rumah beratap seng ini berada di daerah Nggobe tepatnya di Jalan Perwira, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Rumah yang kini telah beralih fungsi menjadi museum tersebut, terdapat beragam peninggalan Soekarno, seperti tongkat, lukisan hasil tangan Soekarno, tempat tidur, foto dan lain sebagainya.
3. Rumah Bung Karno di Berastagi
Selain Ende dan Bengkulu, Soekarno juga pernah diasingkan oleh Belanda ke Berastagi, Kabupaten Karo. Bagi kamu yang belum begitu tahu tentang Berastagi, ini merupakan sebuah kota wisata yang berada di dataran tinggi. Selain memiliki iklim yang sejuk dan panorama alam yang indah, Berastagi juga menjadi rumah bagi salah satu situs Bung Karno.
Di kota ini, kamu bisa menemukan rumah pengasingan Bung Karno. Tepatnya di Desa Lau Gumba, Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Rumah sederhana itu ditinggali oleh Bung Karno dalam pengasingannya, ketika pihak Belanda melancarkan Agresi Militer II. Rumah bergaya Belanda itu ternyata dulunya adalah tempat tinggal dari orang perwira Belanda.
4. Rumah Bung Karno di Parapat
Kota ini juga menjadi saksi sejarah dari perjuangan Soekarno dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bung karno pernah diasingkan di sebuah rumah bergaya bangunan Eropa di kota ini oleh pihak Belanda pada agresi Militer II. Rumah pengasingan Bung Karno ini terletak persis di pinggiran Danau Toba.
Sejarahnya, pada akhir Desember 1948, tiga pemimpin Republik Indonesia yang terdiri dari Bung Karno, Sjahrir, dan Haji Agus Salim, dibuang ke Sumatera Utara.
Awalnya mereka ditempatkan di Berastagi. Namun tak lama kemudian, ketiganya dipindahkan ke Parapat. Hingga Akhir Januari 1949, Bung Karno dan Haji Agus Salim dipindahkan ke Pulau Bangka.
Rumah pengasingan Bung Karno di Parapat ini masih berdiri megah. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menjadikan rumah bersejarah itu sebagai Mess Pemda. Tamu-tamu Pemprov Sumut diinapkan di rumah itu. Akibatnya, furniture rumah tersebut sudah tidak asli lagi.
5. Rumah Bung Karno di Rengasdengklok
Ketika mendengar Rengasdengklok, kita pasti akan langsung terbayang tentang proses perumusan kemerdekaan Indonesia. Tepat pada tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta “diculik” oleh para pemuda dan kemudian dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Hal ini terpaksa dilakukan karena para pemuda takut Jepang akan mengingkari janjinya tentang kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Indonesia juga sedang mengalami kekosongan kekuasaan karena Jepang kalah dalam perang.
Kesempatan itu dianggap sebagai momen terbaik untuk merumuskan kemerdekaan Indonesia dan segera mengumumkannya ke rakyat. Setelah Soekarno dan Hatta dibawa oleh para pemuda, mereka lantas ditempatkan di sebuah rumah milik Djiauw Kie Siong, salah seorang dari pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Hingga kini, bangunan rumah dan area ruang tamu masih asli, termasuk juga lantai ubin berwarna terakota yang biasa dipasang untuk rumah-rumah keturunan Tionghoa.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: