Kategori Berita
Media Network
Jumat, 20 JUNI 2025 • 20:35 WIB

Sering Dianggap Tanda Sayang, Love Bombing Ternyata Justru Dapat Hadirkan Bahaya

Ilustrasi pasangan (Pexels/Viacheslav Stopkevich)

INDOZONE.ID - Pada awalnya, love bombing terasa seperti kisah cinta indah yang kamu impikan sejak lama. Perlakuan manis di awal seperti pesan “selamat tidur, mimpi indah” setiap malam, pujian-pujian manis tanpa henti seperti “kamu semakin hari semakin terlihat cantik”, hadiah mewah yang tiba-tiba dia berikan padamu tanpa kamu memintanya, atau bahkan jika dia mengatakan bahwa kamu adalah belahan jiwanya hanya karena kamu dan dia pergi berkencan sekali. 

Terkesan sangat romantis seperti pada drama romantis yang kamu sukai. Tapi sayangnya, tidak semua perhatian berlebihan itu seindah kelihatannya. 

Kita tahu, di awal hubungan, perlakuan seperti itu bisa bikin kamu merasa sangat spesial dan berbunga-bunga. Tapi hati-hati, terkadang itu bukan tanda cinta tulus, melainkan gejala awal dari sesuatu yang sangat jauh dari sekedar romantis, yaitu: love bombing.

Kalau kamu belum familiar dengan istilah love bombing, tenang — kamu ada di tempat yang tepat.

Baca juga: 7 Kebiasaan Pagi Orang Sehat di Usia 50-an Biar Nggak Gampang Sakit

Menurut terapis hubungan Sasha Jackson, love bombing adalah pola perilaku dimana seseorang memberikan perhatian, pujian, dan kasih sayang secara berlebihan yang tidak didasari oleh cinta yang tulus, tapi untuk membuatmu merasa bergantung dan terikat secara emosional kepada mereka.

Marisa T. Cohen, PhD, LMFT, seorang pakar hubungan, menambahkan bahwa love bombing biasanya terasa sangat cepat, intens, dan tidak seimbang dengan situasi yang sebenarnya. Dengan kata lain, semua ‘perlakuan manis’ itu bisa terasa terlalu besar dan terlalu cepat dari yang seharusnya.

Bagian yang paling rumit dari love bombing adalah hal tersebut tidak langsung terasa buruk di awal perkenalan, terutama di awal masa pendekatan atau kencan. Pujian manis dan perhatian yang terus-menerus itu bisa memicu hormon bahagia seperti dopamin dan oksitosin terhadap si korban. 

“Kamu merasa istimewa, dibutuhkan, dicintai, berharga, dan layak — semua itu bisa meningkatkan rasa percaya diri seseorang,” jelas Sasha Jackson.

Baca juga: Waspada Virus Hanta! Kenali Gejala, Penyebab dan Bahayanya Bagi Manusia

Meskipun sekilas terlihat seperti kisah cinta impian di masa remaja, love bombing sebenarnya adalah taktik manipulatif yang berbahaya dan sering digunakan oleh orang dengan sifat narsistik atau pelaku kekerasan emosional. Dan siapapun bisa jadi korbannya.

Bentuk love bombing  ini bisa bermacam-macam, mulai dari pujian yang terlalu intens, hadiah besar-besaran, hingga pernyataan cinta seperti “Aku cinta kamu” padahal kalian belum benar-benar saling mengenal satu sama lain dengan baik. Semua terasa serba cepat, tapi justru disitulah kamu harus mewaspadainya.

Seperti kebanyakan bentuk manipulasi lainnya, love bombing datang secara diam-diam, tanpa bisa kita sadari. Hal itu muncul sebagai sesuatu yang indah pada awalnya, tetapi perlahan akan menjeratmu dan tidak mudah untuk lepas dari jeratan tersebut. 

Seiring waktu, semua hal yang indah pada awalnya itu bisa berubah menjadi kritik atau bahkan bentuk kontrol. Pasalnya di awal mereka terlihat sangat baik dan penuh kasih, kamu bisa saja merasa nggak enak atau bahkan tidak mampu untuk pergi.

Ilustrasi pasangan. (Freepik/@tirachardz)

Seolah-olah kamu ‘berutang’ perasaan pada mereka karena kebaikan yang pernah mereka tunjukkan. Atau bahkan kamu merasa semua perlakuan manis diawal membuat kamu merasa sangat dicintai, membuat kamu berpikir bahwa mereka telah melakukan banyak effort untuk mendapatkan hatimu, sehingga kamu sulit keluar dari keadaan tersebut.

Love bombing sering jadi strategi yang dipakai oleh para narsistik, pelaku kekerasan emosional, atau orang yang pintar dalam memanipulasi emosi dan perasaan orang lain. 

“Pelaku love bombing biasanya akan ‘mengangkatmu’ setinggi langit, lalu menjatuhkanmu seketika,” jelas Marisa T. Cohen.

Apa tujuannya? Supaya mereka bisa pegang kendali penuh atas dirimu dalam suatu hubungan. Dan ketika kamu sudah terbiasa dengan siklus manis–pahit itu, kamu jadi makin sulit menyadari tanda-tanda bahaya yang sebenarnya sudah jelas di depan mata.

Menurut seorang psikoterapis, Ami Kaplan, love bombing sering kali dilakukan tanpa disadari oleh pelakunya sendiri. 

“Mereka ingin benar-benar ‘memiliki’ orang tersebut. Tapi setelah merasa sudah mendapatkannya dan merasa aman dalam hubungan itu, si narsistik biasanya mulai berubah menjadi kasar, banyak mengkritik, atau bahkan manipulatif,” jelasnya. 

Orang yang awalnya seolah memuja pasangannya setinggi langit, tiba-tiba bisa berubah jadi orang yang merendahkan dan memperlakukan pasangannya dengan buruk, dan tidak jarang mereka bisa menyakiti pasangannya. Menjalin hubungan dengan seorang love bomber memang bisa terlihat berbeda-beda di setiap kasus. 

Menurut Richmond, tanda lain yang cukup mencolok adalah ketika seseorang berubah pikiran soal keputusan besar secara tiba-tiba — misalnya : dalam sebuah pernikahan, sebelumnya dia tidak menginginkan untuk memiliki anak, tapi mendadak menginginkan seorang anak begitu dia merasa kamu akan meninggalkannya. Perubahan drastis semacam ini bisa menjadi sinyal kuat adanya love bombing.

Tanda-tanda love bombing lainnya:

  1. Memberikan hadiah secara berlebihan dan terlalu cepat. Misalnya kamu baru saja kenal selama tiga hari, tetapi dia telah memberikan kamu barang bernilai mahal hanya karena dia merasa kamu sangat berarti baginya. Sedangkan tahap pengenalan tidak cukup dalam hitungan hari.
  2. Terlalu sering mengucapkan “aku sayang kamu” sejak awal. Jika dia terlalu sering mengatakan bahwa dia sangat mencintaimu sejak awal bertemu dan merasa bahwa kamu adalah cinta sejatinya.
  3. Menghubungimu terus-menerus tanpa memberimu ruang. Dia menghujanimu dengan banyak pesan singkat atau chat atau berusaha menelponmu non-stop bahkan saat kamu sedang sibuk dan tidak bisa memberimu waktu untuk sendiri dan fokus pada kegiatanmu.
  4. Memaksa kamu untuk memiliki komitmen dengan dia lebih cepat dari yang seharusnya. Misalnya dia ‘nembak’ kamu setelah kalian berkenalan selama seminggu.
  5. Membuatmu merasa bersalah hanya karena kamu membutuhkan waktu untuk fokus pada dirimu sendiri, dan mengungkit apa yang telah dia berikan padamu.
  6. Menggunakan alasan cinta untuk mengontrol seluruh kehidupanmu. Dia tidak mengizinkanmu menghabiskan waktu bersama teman-temanmu di akhir pekan dan hanya boleh bepergian jika bersama dia.

Mengapa love bombing itu berbahaya?

Love bombing bisa berdampak serius terhadap kesehatan mental korban karena termasuk bentuk manipulasi emosional yang halus tapi berbahaya. 

Menurut Sasha Jackson, hal ini berkaitan erat dengan konsep timbal balik psikologis: ketika seseorang memberikan banyak perhatian dan kasih sayang, secara tidak sadar kamu merasa berkewajiban membalasnya — meskipun dalam bentuk loyalitas atau toleransi terhadap perilaku sang love bomber yang sebenarnya mengganggu.

Dalam kondisi seperti ini, kamu mungkin merasa terjebak. Meskipun hati kecilmu menyadari adanya tanda-tanda yang tidak sehat dan membuatmu frustasi, perasaan “berutang balas budi” sering kali membuatmu terus bertahan, bahkan saat hubungan itu mulai menyakitimu.

Setelah si korban mulai terikat secara emosional dengan love bomber, hubungan yang awalnya terasa manis berubah drastis. Pada titik ini, pelaku sebenarnya sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan, yakni kendali atas pikiran dan perasaan pasangannya, sekaligus dorongan ego yang besar.

Disinilah pola kekerasan emosional dimulai. Ucapan atau kritikan yang menyakitkan, hinaan, gaslighting, hingga sikap meremehkan mulai bermunculan. Korban pun dibuat merasa tidak berharga dan tidak berguna. 

Ironisnya, love bomber sadar betul bahwa mereka punya kekuasaan atas pasangan mereka, dan seringkali akan meninggalkan hubungan tersebut begitu saja — namun tetap merasa bisa kembali pada korban kapan saja untuk mengulang siklus toxic yang sama terhadap korban.

Apa yang harus dilakukan jika kamu korban love bombing?

Kalau kamu mulai menyadari bahwa pasanganmu melakukan love bombing atau bentuk manipulasi lainnya, hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah mencari cara aman untuk keluar dari situasi tersebut. Jangan hadapi sendirian — cari dukungan dari orang-orang terpercaya diluar hubungan tersebut.

Ceritakan apa yang kamu alami kepada orang yang bisa memberikan sudut pandang objektif, seperti sahabat, anggota keluarga, atau terapis. Menurut Richmond, kamu perlu berani terbuka dan jujur, meskipun itu terasa memalukan. 

Banyak orang yang menjadi korban love bombing merasa malu atas apa yang terjadi, padahal sebenarnya mereka butuh validasi dari luar untuk melihat bahwa pola ini adalah bentuk kekerasan emosional yang akan membahayakan kesehatan mental mereka  di kemudian hari.

Tetapi yang terpenting adalah jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri. Karena kamu tidak salah jika kamu pernah percaya atau mencintai. Yang salah adalah manipulasi yang telah dilakukan padamu.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Telegrafi

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Sering Dianggap Tanda Sayang, Love Bombing Ternyata Justru Dapat Hadirkan Bahaya

Link berhasil disalin!