Seramnya Sisi Gelap Industri Parfum Mahal Dunia: Perkerjakan Anak di Bawah Umur hingga Waktu Kerja Gak Masuk Akal!
INDOZONE.ID - Parfum menjadi salah satu produk penunjang penampilan yang digemari siapa saja. Ibarat skincare setiap hari selalu dipakai untuk merawat wajah, badan, rambut dan lain-lain.
Maka tidak heran ketika industri parfum semakin tumbuh subur, mulai brand lokal sampai impor. Karena permintaan produk tersebut semakin meningkat. Berbagai varian wewangian serta bahan terbaik saling beradu di pasaran.
Seringkali seseorang itu mengeluarkan uang senilai jutaan demi membeli parfum berkelas atau branded. Demi mendapatkan wangi tahan lama, status serta aroma khas beda dari lainnya.
Baca Juga: Menguak Wangi Parfum Kegemaran Pratama Arhan
Namun, tahukah Anda jika industri parfum terkenal dunia dalam artian brand impor, terendus punya sisi gelap. Simak penjelasan berikut, hasil pantauan dari YouTube Detective Aldo yang tayang pada, Jumat (21/6/2024).
Ada beberapa hal berkaitan dengan industri parfum yang ternyata tidak wangi, ceria seperti produknya. Banyak sekali sisi mengejutkan di dalamnya.
Harga Parfum Branded Mahal
Merk ternama dunia umumnya menjual dengan harga tinggi. Hal tersebut bukan tanpa sebab. Menurut penjelasan narator,karena kebutuhan akan bahan dasar berupa bunga melati (Jasmine) sangat tinggi.
Narator mengungkapkan bahwa untuk memproses 1 ml absolute bunga melati. Para pengepul biasanya butuh 8000 bunga atau 1 kg. Nah, kalau ukuran semakin banyak, contohnya 1 liter, maka bunga jumlahnya beda lagi yakni 1 ton atau sekitar 6 hingga 8 juta jasmine.
Dari situlah dapat ditarik sebagai alasan sebab harga parfum branded umumnya mahal sekali. Rasio bahan baku yang dibutuhkan selama proses sampai jadi produk akhir dengan ukuran botol seolah tidak sebanding.
Baca Juga: Serba Serbi Parfum dan Cara Meracik dari Ahlinya
Jam Kerja Pemetik Bunga Melati Tidak Masuk Akal
Sebagai salah satu dari dua bahan dasar parfum. Produsen membutuhkan banyak sekali Jasmine yang diperoleh dari negara pemasok paling besar di dunia. Sebut saja Mesir, di sana tanaman tersebut tumbuh lebat dan cepat.
Narator sampai menyebut kalau Mesir sebagai suplai bunga melati terbesar. Bahkan jumlahnya mencakup setengah dari suplai Jasmine yang ada di dunia.
Sulit dibayangkan bukan, kalau melati mudah sekali tumbuh berkembang di Mesir. Karena sebagai negara pemasok utama, maka tidak heran kalau tenaga kerja pemetik Jasmine juga sangat banyak di sana.
Sekilas memang produktif dan sukses meminimalkan jumlah pengangguran. Tapi tetap saja jam kerja kurang manusiawi.
Bunga melati yang dipakai sebagai bahan baku itu harus benar-benar segar, tidak ada cacat sedikitpun. Sehingga saat memetik pakai cara manual, berada di jam tertentu.
“Semua dipetik manual tanpa bantuan alat apapun. Pemetikannya juga harus hati-hati. Supaya bunganya nggak kepencet dan rusak”, ungkap narator.
Selain itu pekerja harus memetik bunga mulai jam 3 hingga 8 pagi, demi mendapatkan wangi bunga supaya tetap terjaga saat diproses menjadi parfum.
“Jam kerja mereka yang benar-benar gila banget. Karena bunga melati harus dipetik sebelum kena sinar matahari, kalau mau diproses jadi bahan dasar parfum”, tuturnya.
Sebab kalau bunga dipetik saat matahari mulai terik. Ketika melalui pemrosesan untuk parfum maka tingkat keharumannya sudah berbeda.
Masih berdasar penjelasan narator, uang yang diperoleh setiap malam per orang hanya 30 ribu saja dengan beban kerja seperti itu.
Tenaga Kerja Anak-Anak
Pemetik bunga melati di negara pemasok terbesar, tidak hanya mempekerjakan orang usia produktif saja. Tapi juga anak-anak yang mana memiliki jam kerja seperti pekerja dewasa lainnya.
Lebih lanjut lagi narator menjelaskan bahwa, mempekerjakan anak usia di bawah 15 tahun, menurut hukum yang berlaku di sana boleh (7 pagi sampai 7 malam).
Itulah penjelasan singkat tentang sisi lain industri parfum khususnya brand populer dunia. Ternyata ada hal yang tidak wangi seperti aroma mewah produk sebenarnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Youtube/Detective Aldo