tembakau
INDOZONE.ID - Tembakau menjadi salah satu bahan yang kerap digunakan untuk rokok, linting, cerutu, pipa, hingga dikonsumsi langsung sebagai tembakau kunyah.
Berbagai penelitian pun sudah banyak menemukan bahaya penggunaan tembakau bagi tubuh seseorang. Mulai dari menimbulkan penyakit paru-paru hingga jantung.
Tidak hanya itu, pengguna tembakau juga berisiko mengidap penyakit kanker kepala dan leher. Bahkan, peneliti menemukan ada 75 sampai 85 persen pengguna tembakau mengidap penyakit tersebut.
“Tembakau adalah faktor risiko paling besar untuk kanker kepala dan leher, termasuk kebersihan mulut,” ucap Dokter spesialis bedah onkologi (kanker), Dr. dr. Diani Kartini, SpB(K)Onk, dikutip Indozone pada Jumat (1/9/2023).
Baca Juga: Hati-hati! Ini Bahaya dari Pemakaian Rokok Tembakau dan Vape
Diani menjelaskan, kanker kepala dan leher kerap diartikan sebagau penyakit yang berkembang pada organ mulut, tenggorokan, hidung, kelenjar ludah, atau area lainnya di kepala dan leher.
Kanker ini umumnya muncul di sel skuamosa yang melapisi mulut, tenggorokan (faring), dan kotak suara (laring). Sehingga, hal itu dapat mempengaruhi kemampuan makan hingga pernapasan bagi penderitanya.
“Karena lokasinya yang terletak di saluran pernapasan, kanker kepala dan leher serta efek samping pengobatannya, dapat mengganggu kemampuan penderitanya untuk makan, menelan, dan bernapas” katanya.
Adapun kata Diani, jenis kanker kepala dan leher yang kerap ditemukan di Indonesia yakni, kanker nasofaring, tiroid, dan rongga mulut. Masing-masing penyakit itu punya gejala yang berbeda-beda.
“Tiroid gejalanya adalah adanya benjolan di leher. Kalau kanker rongga mulut jumlahnya lebih sedikit tapi ini serius. Salah satu cirinya adalah sariawan yang tak kunjung sembuh, bisa lebih dari dua minggu,” tuturnya.
Sementara itu, kanker kepala dan leher juga bisa muncul bagi kamu yang kerap mengonsumsi alkohol secara rutin. Sebab, alkohol juga menjadi penyebab masyarakat banyak mengidap penyakit berbahaya ini.
Baca Juga: Penelitian: Produk Tembakau Alternatif Punya Risiko Kesehatan Lebih Rendah daripada Rokok
Untuk itu, sebut Diani, menganjurkan masyarakat agar lebih peduli pada kesehatan dirinya, dengan menghindari tembakau dan alkohol.
“Pola hidup sehat dan olahraga rutin, merupakan solusi terbaik dari segala penyakit,” ujarnya.
Perlu diketahui, Indonesia menempati posisi ketiga setelah India dan China dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018 mencatat, jumlah perokok laki-laki Indonesia usia di atas 15 tahun mencapai 62,9 persen.
Sedangkan Statista Consumer Insights mencatat, terdapat 112 juta perokok di Indonesia pada 2021, dan jumlah ini diproyeksikan akan bertambah menjadi 123 juta perokok pada 2030.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: ANTARA