INDOZONE.ID - Batuk merupakan gejala yang sering dialami anak-anak, terutama saat memasuki musim pancaroba atau ketika terserang flu. Banyak orang tua yang merasa khawatir dan bertanya-tanya, perlukah memberikan obat batuk kepada anak?
Batuk memang sering dikategorikan menjadi dua jenis, yakni batuk kering dan batuk berdahak. Namun, apakah benar demikian? Dan apakah pengobatan batuk dengan ekspektoran dan antitusif adalah solusi yang tepat?
Dikutip dari akun Instagram pribadinya, Dokter Arifianto, Sp.A, alias Dokter Apin mengatakan, persepsi bahwa batuk terbagi menjadi 'kering' dan 'berdahak' banyak dipengaruhi oleh informasi dari iklan yang sering dilihat masyarakat.
“Anda bisa jadi mendapatkan istilah “wet” dan “dry” cough di internet,” tulis dr. Apin, dalam keterangan salah satu foto yang diunggah ke akun Instagram miliknya.
Baca Juga: Mengenal Batuk Rejan yang Tak Boleh Disepelekan, Mulai Gejala, Penyebab, hingga Pencegahan
Namun, perlu diingat bahwa batuk bukan sekadar masalah 'kering' atau 'berdahak', melainkan mekanisme alami tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dari lendir (dahak), partikel, atau iritasi.
Mengapa Manusia Batuk?
Batuk sebenarnya respons tubuh untuk menjaga kebersihan saluran napas. Saat saluran napas teriritasi atau terhambat oleh dahak, tubuh merespons dengan batuk untuk mengeluarkannya.
“Dahak bisa jadi sedikit sehingga kesannya “kering”, dan kadang “banyak” alias produktif, sehingga terdengar berdahak. Tapi tetap saja, dahak harus dikeluarkan dari saluran napas,” katanya.
Lalu, apakah benar anak memerlukan obat batuk untuk mengatasi gejala ini?
Peran Ekspektoran dan Antitusif
Tetapi, pertanyaan pentingnya adalah, apakah obat-obatan ini benar-benar diperlukan, terutama untuk anak-anak?
Menurut dr. Apin, penggunaan obat batuk pada anak-anak, terutama balita, harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
“Pada anak balita, apakah sudah bisa membuang dahak “hoek-cuih”? ???? Belum kan? Dahak ditelan atau dimuntahkan. Toh tidak masuk ke saluran napas,” ujar dr. Apin.
“Jadi kalau diencerkan dengan ekspektoran atau #mukolitik, kira-kira “ngaruh” tidak? Dahak kental atau encer pastinya ditelan juga kan?” sambungnya.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Produk Obat Batuk Anak Usia 1 Tahun
Bahkan kata dr. Apin, pemberian obat antitusif yang tidak tepat, justru akan membahayakan kondisi si kecil. Sebab, pemberian antitusif dapat menekan batuk, dan justru bisa membuat dahak menumpuk di saluran napas.
“Bagaimana dengan antitusif yang menekan refleks batuk? Dahak bisa sulit dikeluarkan dan berisiko membuat anak jadi sesak! Bahaya kan?” ucapnya.
Solusi Sederhana: Cairan
Ketimbang memberikan obat-obatan seperti ekspektoran atau antitusif, solusi terbaik untuk meredakan batuk pada anak adalah dengan memperbanyak asupan cairan.
Minum air putih atau cairan hangat membantu menjaga lendir tetap encer dan mudah dikeluarkan oleh tubuh secara alami.
“Minum, minum, dan minum. Pengencer dahak terbaik adalah cairan,” imbuh dr. Apin.
Dengan memastikan anak mendapatkan cukup cairan, tubuh akan lebih mudah membersihkan saluran pernapasan tanpa perlu bantuan obat-obatan kimia.
Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?
Meskipun sebagian besar batuk pada anak dapat diatasi dengan cara alami seperti minum cairan yang cukup, orang tua harus tetap waspada terhadap tanda-tanda bahaya.
Jika batuk disertai dengan gejala seperti sesak napas, demam tinggi, batuk berdarah, atau berlangsung lebih dari seminggu tanpa perbaikan, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai fungsi batuk dan cara kerja tubuh, orang tua dapat lebih bijak dalam memilih metode perawatan yang aman dan tepat untuk anak-anak mereka.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Instagram/dokterapin