INDOZONE.ID - Kehamilan adalah masa yang penuh perubahan bagi tubuh dan emosi seorang wanita. Perubahan hormonal dan fisik sering kali dirasakan oleh ibu hamil, termasuk munculnya stres.
Namun, benarkah stres saat hamil bisa mempengaruhi bayi dalam kandungan? Berikut beberapa faktanya.
Bagaimana Stres Mempengaruhi Kehamilan?
Jika ibu hamil mengalami stress, hal tersebut merupakan sesuatu hal yang wajah. Karena tubuh mengalami perubahan signifikan selama kehamilan, dan dengan perubahan hormon yang terjadi, suasana hati pun sering kali menjadi tidak stabil.
Namun, terlalu banyak stres bisa berdampak buruk. Gangguan tidur, sakit kepala, penurunan nafsu makan, atau bahkan makan berlebihan adalah beberapa gejala yang umum terjadi.
Semua kondisi ini bisa mempengaruhi ibu dan perkembangan bayi dalam rahim.
Lebih lanjut, stres yang tidak terkendali juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang meningkat selama kehamilan dapat meningkatkan risiko persalinan prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah.
Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan mental mereka selama masa kehamilan.
Baca Juga: Benarkah Ibu Hamil Sering Lupa? Ini Penjelasannya
Kapan Harus Mencari Bantuan?
Jika ibu hamil merasakan ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan terkait kehamilan, masa depan sebagai ibu, atau hal-hal lain seperti pekerjaan atau risiko keguguran, langkah terbaik adalah berbicara dengan tenaga medis.
Mengungkapkan perasaan kepada orang-orang terdekat juga dapat membantu mengurangi beban pikiran.
Mendiskusikan kekhawatiran ini dengan dokter selama pemeriksaan sebelum persalinan sangat penting.
Dokter dapat memberikan saran mengenai cara menangani stres atau merujuk ibu hamil ke profesional kesehatan mental jika diperlukan.
Baca Juga: Berapa Banyak Air yang Harus Diminum oleh Ibu Hamil? Ini Penjelasannya
Apa Hubungan PTSD dan Kehamilan?
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah bentuk stres yang lebih serius yang dapat berdampak buruk pada kehamilan.
PTSD biasanya terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis, seperti pelecehan, kekerasan, bencana alam, atau kehilangan orang terdekat.
Gejala PTSD meliputi kecemasan, kilas balik kejadian traumatis, mimpi buruk, dan menghindari situasi yang mengingatkan pada peristiwa tersebut.
Bagi wanita hamil yang mengalami PTSD, risiko kelahiran prematur dan bayi dengan berat badan rendah meningkat. Selain itu, PTSD dapat memicu perilaku merokok atau konsumsi alkohol, yang jelas berbahaya bagi perkembangan janin.
Cara Mengatasi Stres Selama Kehamilan
Mengelola stres selama kehamilan sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Salah satu langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengenali sumber stres dan mencari cara untuk menguranginya.
Aktivitas fisik yang ringan seperti berjalan kaki atau yoga (dengan persetujuan dokter) dapat membantu mengurangi stres. Selain itu, makan makanan bergizi dan tidur yang cukup juga menjadi kunci penting untuk menjaga keseimbangan fisik dan mental.
Bagi beberapa ibu hamil, rasa sedih atau kecemasan yang berlebihan dapat muncul, baik selama kehamilan maupun setelah melahirkan.
Jika perasaan kewalahan, kesedihan, atau kecemasan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, sangat penting untuk segera mencari bantuan dari dokter atau profesional kesehatan mental.
Pengobatan dan konseling yang tepat dapat membantu mengatasi masalah ini dan memastikan ibu hamil merasa lebih tenang dan siap menyambut bayi anda.
Demikian beberapa penjelasan mengenai fakta-fakta mengenai stres saat hamil bisa mempengaruhi bayi dalam kandungan.
Stres selama kehamilan adalah hal yang umum, namun penting untuk menjaga agar tingkat stres tetap terkendali demi kesehatan ibu dan bayi.
Dengan mengenali sumber stres, berbicara dengan tenaga medis, dan mencari dukungan ketika dibutuhkan, ibu hamil dapat melalui masa ini dengan lebih baik. Karena kesehatan mental yang baik sangat penting dalam menghadapi kehamilan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Nichd.nih.gov