Selasa, 15 APRIL 2025 • 12:57 WIB

Bagaimana Emosi Ibu Bisa Membentuk Pikiran Bayi di Dalam Kandungan? Begini Penjelasannya

Author

Ilustrasi bayi dalam kandungan.

INDOZONE.ID - Pernahkah kamu memikirkan bagaimana emosi kamu bisa memengaruhi bayi yang dikandung selama kehamilan?

Ternyata, emosi bukan hanya sekadar perasaan sesaat, melainkan pembawa pesan yang membentuk lingkungan pertama bagi bayi.

Penelitian menunjukkan bahwa rahim bukan hanya tempat perlindungan fisik, tetapi juga ruang emosional yang mempengaruhi perkembangan bayi.

Baca Juga: 7 Cara Meningkatkan Kualitas Sperma agar Cepat Hamil, Apa Saja?

Sebagai ibu, emosi yang kamu rasakan selama kehamilan berdampak signifikan pada bayi yang belum lahir.

Bagaimana Emosi Seorang Ibu Membentuk Pikiran Anaknya di Dalam Kandungan

Berikut ini adalah beberapa emosi seorang ibu yang bisa membentuk pikiran anaknya di dalam kandungan:

1. Perubahan Hormon

Dr. Jain memaparkan bahwa ibu hamil yang mengalami stres, tubuhnya akan melepaskan kortisol, hormon utama yang bertanggung jawab untuk produksi hormon stres.

"Dalam dosis kecil, hal ini tidak berbahaya. Namun, stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan kadar kortisol yang tinggi melewati plasenta dan memengaruhi otak bayi saat ia berkembang. Hal ini dapat meningkatkan risiko anak lebih mungkin mengalami kecemasan dan disregulasi emosional di kemudian hari," ujarnya.

Tetapi, ketika seorang ibu dicintai, aman, dan puas, oksitosin dilepaskan dalam tubuhnya, yang umumnya disebut sebagai hormon cinta.

Oksitosin mendorong relaksasi dan keterikatan, tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga pada bayi.

Oksitosin menciptakan lingkungan internal yang tenang dan menumbuhkan ikatan emosional sejak dini.

2. Denyut Jantung dan Aliran Darah

Emosi positif mendorong detak jantung yang stabil dan aliran darah yang lancar ke bayi, yang bermanfaat bagi bayi.

Akan tetapi, kecemasan dan ketegangan bisa menyebabkan peningkatan detak jantung pada ibu dan bayi. 

Hal ini bisa membatasi aliran oksigen dan memengaruhi pertumbuhan bayi. Seolah-olah bayi mencerminkan keadaan batin ibu.

3. Perkembangan Neurologis

Paparan stres yang berkepanjangan pada ibu dapat berdampak pada struktur otak bayi, terutama di area yang terkait dengan memori, pembelajaran, dan regulasi emosi.

Menurut Studi Terbuka Jaringan JAMA, stres dapat memengaruhi pertumbuhan, konektivitas, dan struktur otak, sehingga meningkatkan risiko gangguan kognitif dan emosional jangka panjang pada anak.

4. Ikatan Orang Tua dan Bayi

Kondisi emosional ibu yang positif memastikan ikatan yang aman antara ibu dan bayi. Ini akan menciptakan ikatan seumur hidup antara keduanya.

Seorang ibu yang tenang, kemungkinan akan memiliki bayi yang damai, dan keharmonisan itu terus memengaruhi hubungan mereka di luar rahim.

Cetak biru emosional awal ini berperan dalam seberapa aman bayi akan terikat dengan pengasuhnya dan seberapa terikat secara emosional mereka ketika tumbuh dewasa.

5. Respon Bayi Terhadap Dunia

Bayi yang lahir dari seorang ibu dengan tingkat stres tinggi cenderung menunjukkan peningkatan reaktivitas terhadap stres itu sendiri.

Bayi yang terpapar stres dalam kandungan mungkin lebih sensitif terhadap stimulus baru, ketidaknyamanan, atau perpisahan karena sistem sarafnya yang masih berkembang.

Sementara itu, kehamilan yang tenang dan stabil secara emosional dapat membantu bayi mengembangkan ketahanan sejak dalam kandungan, mempersiapkannya untuk menghadapi tantangan di masa depan dengan lebih baik.

6. Ekspresi Genetik

Pengalaman emosional ibu selama kehamilan dapat memengaruhi ekspresi genetik janin tanpa mengubah struktur DNA itu sendiri.

Stres atau respons emosional ibu dapat memicu perubahan epigenetik, seperti metilasi DNA dan ekspresi RNA noncoding, yang berdampak pada perkembangan janin.

Menurut penelitian dalam Laporan Ilmiah, perubahan ini berpotensi menyebabkan masalah kesehatan di masa depan, terutama saat dewasa, dengan mempengaruhi bagaimana gen tertentu diaktifkan atau dinonaktifkan.

Baca Juga: Awas! Gangguan Tiroid pada Wanita Bisa Pengaruhi Kesuburan dan Kehamilan

7. Efek Jangka Panjang

Nada emosional yang dialami ibu selama kehamilan dapat meninggalkan jejak jangka panjang pada anak, memengaruhi kesehatan mental dan perilaku mereka hingga dewasa.

Penelitian menunjukkan bahwa stres, kecemasan, dan depresi pada ibu hamil berkorelasi dengan peningkatan risiko gangguan emosi dan perilaku pada anak, seperti ADHD dan depresi.

Sebuah studi tahun 2018 juga menemukan bahwa kecemasan dan depresi ibu selama kehamilan dapat meningkatkan risiko ADHD pada anak usia prasekolah.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Onlymyhealth.com

TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU
Tentang Kami Redaksi Info Iklan Kontak Pedoman Media Siber Kode Etik Jurnalistik Pedoman AI dari Dewan Pers Karir