Rabu, 11 JUNI 2025 • 17:33 WIB

Dari Pijat Kretek ke Robotik: Evolusi Penanganan Cedera Lutut dalam 10 Tahun Terakhir

Author

Dokter Ortopedi Eka Hospital dr. Ricky Edwin P Hutapea, Sp.OT (K) Hip and Knee. (INDOZONE/Dewi)

INDOZONE.ID - Dulu masyarakat Indonesia mengandalkan pijat kretek sebagai solusi saat mengalami cedera, termasuk masalah pada lutut. Metode ini diwariskan turun-temurun, dipercaya mampu meluruskan sendi yang bergeser atau meredakan nyeri dengan teknik pijatan khas yang menimbulkan bunyi kretek.

Meski sering memberikan rasa lega sementara, pijat kretek belum tentu menjawab kebutuhan medis jangka panjang. Terutama pada kasus cedera lutut kronis akibat osteoarthritis atau kerusakan sendi.

Namun, dalam 10 tahun terakhir, dunia medis mengalami lompatan besar melalui teknologi kesehatan. Salah satunya dengan hadirnya alat Velys Robotic-Assisted Total Knee Replacement dalam operasi penggantian sendi lutut.

Teknologi ini bukan sekadar alat bantu, tapi menjadi perpanjangan tangan dokter untuk menciptakan presisi dan hasilnya jauh lebih optimal.

Banyak keunggulan yang ditawarkan mulai dari perencanaan operasi yang lebih akurat, presisi tinggi, recovery pasca operasi lebih cepat, serta potensi hasil yang lebih baik.

Baca Juga: Lutut Mulai Nyeri? Kenali Osteoartritis dan Jenis Perawatannya

Robotik: Dari Pelatihan hingga Ruang Operasi

Dokter Ortopedi Eka Hospital dr. Ricky Edwin P Hutapea, Sp.OT (K) Hip and Knee. (INDOZONE/Dewi)

Menurut seorang Dokter Ortopedi Eka Hospital dr. Ricky Edwin P Hutapea, Sp.OT (K) Hip and Knee, yang telah menggunakan teknologi robotik sejak tahun lalu, penggunaan alat ini memerlukan proses adaptasi dan pelatihan berlapis.

“Kita mulai dari kursi pelatihan, belajar teorinya dulu, lalu simulasi tugas, dan naik ke penggunaan sawbone yaitu model tulang yang artificial. Lalu sudah bisa pakai robot, baru kita maju lagi ke mayat. Kalau sudah handal, baru kita operasi pasien,” ujar dr Ricky kepada Indozone.

Robot sang Peramal Medis

Menariknya, sang dokter menyebut bahwa robot ini layaknya peramal medis. Dengan robot, ia bisa dengan mudah mengakomodir operasi dan melihat lebih dulu hasilnya, yang sangat efektif untuk pasien.

Baca Juga: 4 Tips Berpuasa yang Menyenangkan untuk Lansia, Ibadah Lancar Lutut Aman

“Seperti saya bisa mempunyai suatu peramal. Jadi alat itu berguna sebagai peramal saya, misalnya kalau saya pasang size seperti ini hasilnya seperti apa? Jadi saya seperti punya contekan masa depan. Itu yang saya bisa pakai benar-benar untuk menghasilkan hasil yang terbaik,” ungkapnya.

Hasil Cepat dan Mengejutkan

Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika pasien usia 60-an yang awalnya skeptis bisa berdiri hanya beberapa jam setelah operasi. Bahkan ia sudah mengalami osteoarthritis ini 5 tahun lamanya.

“Pasien itu sangat bahagia dan sampai membuat saya terharu. Dia benar-benar tidak menyangka bisa langsung berdiri, padahal sebelumnya dengar cerita orang lain yang butuh 2-3 hari,” kenang dr Ricky.

dr Ricky pun senang, karena inilah bukti bahwa teknologi tidak hanya mempercepat proses penyembuhan, tapi juga membantu membangun kembali kepercayaan pasien terhadap intervensi medis modern.

Kalau sebelumnya banyak orang percaya dengan metode tradisional yang turun-temurun, seperti pijat tradisional, pijat kretek, atau metode lain yang hasilnya tidak efektif. Barulah setelah menyadari bahwa metode konservatif tidak memberikan hasil, mereka memutuskan untuk menjalani operasi.

Transformasi ini menjadi bukti bahwa teknologi dan sentuhan manusia bisa berjalan berdampingan, demi pelayanan medis yang semakin personal, terukur, dan memberikan harapan baru bagi pasien.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan Langsung

Author
TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU
Tentang Kami Redaksi Info Iklan Kontak Pedoman Media Siber Kode Etik Jurnalistik Pedoman AI dari Dewan Pers Karir