INDOZONE.ID - Di era serba digital, makan bersama menjadi tradisi yang mulai terpinggirkan. Namun, laporan National Geographic mengungkap bahwa kegiatan ini memiliki manfaat emosional dan sosial yang sangat besar.
Kegiatan duduk bersama di meja makan sering dianggap remeh, tetapi sejatinya merupakan tradisi mendalam dalam banyak budaya. Ia bukan hanya tentang makan, melainkan tentang keterhubungan, cerita, dan waktu berkualitas yang jarang ditemukan di luar meja makan.
Ilustrasi makan bersama. (Pexels)
Laporan Kebahagiaan Dunia 2025 menyebutkan, bahwa makan bersama menjadi salah satu indikator kebahagiaan dan kesehatan emosional yang paling kuat. Dalam skala global, kegiatan ini bahkan memiliki efek positif yang setara dengan pendapatan dan stabilitas kerja.
Namun, berbagai faktor seperti urbanisasi, digitalisasi, serta jadwal kerja yang padat mengubah pola hidup masyarakat. Kebiasaan makan sendiri menjadi semakin lazim, menciptakan ruang isolasi yang tidak terlihat.
Menurut Megan Elias, pakar studi makanan dari Universitas Boston, “Perekat kehidupan sehari-hari” yang tercipta dari makan bersama kini mulai menghilang, membawa dampak negatif berupa melemahnya ikatan emosional dalam keluarga maupun komunitas.
Baca Juga: Bukan Sekadar Tradisi, Halalbihalal Ternyata Dapat Meningkatkan Kesehatan Mental dan Kebahagiaan
Penelitian dalam jurnal Adaptive Human Behavior and Physiology menunjukkan bahwa makan bersama mengaktifkan hormon bahagia seperti endorfin, dopamin, dan oksitosin. Ini menjelaskan mengapa seseorang merasa lebih nyaman dan terhubung setelah menikmati makan bersama orang lain.
Dalam Frontiers in Public Health dan Clinical Nutrition, studi menyatakan bahwa lansia yang sering makan bersama, akan mengalami penurunan signifikan terhadap perasaan kesepian. Sementara remaja yang makan bersama keluarga, akan memiliki tingkat stres dan kecemasan yang lebih rendah.
Ilustrasi anak makan bersama orang tuanya. (Freepik)
Di beberapa wilayah seperti Eropa Selatan dan Turki, praktik makan bersama masih kental sebagai bagian dari identitas sosial. Tradisi rakı sofrası di Turki, misalnya, mempertemukan keluarga dan teman dalam suasana hangat penuh cerita.
Baca Juga: 3 Tips Menyikapi Kesehatan Mental yang Kamu Harus Tau!
Sebagai tanggapan atas menurunnya praktik ini, sejumlah komunitas dan perencana kota mulai memperkenalkan konsep dapur bersama, area makan kolektif di kantor, dan platform digital yang mempertemukan orang asing untuk berbagi makanan.
Meskipun bentuknya berubah, pesan utamanya tetap: makan bersama adalah aktivitas sederhana dengan efek luar biasa bagi kesehatan mental dan sosial manusia. Ketika kesepian menjadi tantangan global, meja makan bisa menjadi solusinya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Infobae.com