INDOZONE.ID - Apakah kamu pernah merasa sulit untuk melepaskan barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi? Mungkin karena ada kenangan tersendiri atau perasaan sayang yang membuat kamu enggan membuangnya.
Namun, bagi sebagian orang, kesulitan ini bukan hanya sekadar masalah kecil, melainkan sebuah gangguan yang disebut hoarding disorder.
Hoarding disorder adalah kesulitan yang terus-menerus dalam membuang atau melepaskan barang karena keyakinan bahwa barang tersebut perlu disimpan. Kondisi ini dapat mengakibatkan ruang hidup menjadi sangat berantakan dan penuh sesak oleh barang-barang yang tidak lagi berguna.
Berikut ini adalah penjelasannya tentang hoarding disorder, hobi menimbun barang yang perlu kamu ketahui.
Baca Juga: Mengenal Hoarding Disorder OCD dan Gejalanya
Hoarding Disorder vs Mengumpulkan Barang
Bayangkan jika rumah dipenuhi tumpukan barang hingga sulit untuk bergerak. Jalanan di dalam rumah menjadi sempit, dan permukaan seperti meja, wastafel, serta tangga dipenuhi dengan berbagai benda yang mungkin sudah tidak terpakai.
Inilah realitas yang dihadapi oleh orang dengan hoarding disorder. Mereka bukan sekadar kolektor barang, tetapi memiliki gangguan jiwa yang memengaruhi kualitas hidup sehari-hari.
Hoarding disorder adalah hal yang berbeda dengan mengumpulkan barang. Kolektor biasanya mengumpulkan barang secara terorganisir, disengaja, dan terfokus.
Bagi orang normal, barang-barang yang dikumpul akan mereka keluarkan atau diatur, dipajang, dan dipamerkan kepada orang lain.
Sebaliknya, orang yang mengalami hoarding disorder cenderung impulsif dalam mengakuisisi barang dengan sedikit perencanaan, dan seringkali dipicu oleh keberadaan barang tersebut.
Barang yang dikumpulkan oleh orang dengan hoarding disorder biasanya tidak memiliki tema yang konsisten, sementara kolektor fokus pada topik tertentu.
Berbeda dengan pengaturan dan tampilan barang yang terlihat pada kolektor, kekacauan yang tidak teratur adalah ciri khas dari hoarding disorder.
Gangguan Mental
Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang dapat diidentifikasi oleh dokter. Namun, kamu juga mungkin mengalami perilaku menimbun sebagai bagian dari masalah kesehatan mental atau fisik lainnya.
Jika kamu memiliki kecenderungan menimbun barang, kamu mungkin merasakan beberapa hal berikut:
- Merasa terus-menerus ingin memperoleh lebih banyak barang, meskipun sudah memiliki banyak.
- Merasa sangat gembira setiap kali mendapatkan barang baru.
- Merasa sangat terganggu atau cemas ketika harus membuang atau memberikan barang-barang, karena ikatan emosional yang kuat dengan barang tersebut.
- Kesulitan untuk memutuskan barang apa yang harus disimpan atau dibuang.
- Sulit untuk mengatur barang-barangmu.
- Memiliki begitu banyak barang sehingga tidak bisa menggunakan beberapa bagian tempat tinggalmu, seperti tidak tidur di tempat tidur atau menggunakan wastafel.
- Sering terlibat pertengkaran dengan orang-orang terdekat tentang barang-barangmu.
- Kesulitan mengemas barang untuk bepergian, seperti saat liburan atau kamu mungkin membawa lebih banyak barang daripada yang benar-benar diperlukan karena tidak bisa memutuskan mana yang penting.
Prevalensi hoarding disorder adalah sekitar 2,6 persen dengan angka yang lebih tinggi pada orang yang berusia di atas 60 tahun dan mereka yang memiliki diagnosa psikologis lain, terutama kecemasan dan depresi.
Prevalensi dan ciri-ciri hoarding disorder tampaknya serupa di berbagai negara dan budaya.
Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa hoarding disorder terjadi dengan frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
Perilaku hoarding disorder dimulai pada usia relatif muda dan meningkat seiring bertambahnya usia.
Penyebab dan Faktor Risiko Hoarding Disorder
Penyebab hoarding disorder masih belum diketahui karena klasifikasinya yang baru. Neurobiologi pada manusia adalah bidang yang sedang berkembang, sehingga agak prematur untuk menarik kesimpulan yang pasti.
Hoarding disorder lebih umum di antara individu yang memiliki anggota keluarga dengan masalah yang sama.
Kejadian stres dalam hidup, seperti kematian orang yang disayangi, dapat memperburuk gejala hoarding disorder.
Barang yang Sering Ditimbun
Tanda orang dengan hoarding disorder adalah seperti menimbun berbagai jenis barang, sementara yang lain hanya menimbun jenis barang tertentu.
Adapun barang-barang yang sering dikumpulkan termasuk:
- Koran dan majalah
- Buku
- Pakaian
- Selebaran dan surat, termasuk surat sampah
- Tagihan dan kuitansi
- Wadah, termasuk plastik dan kardus
- Perlengkapan rumah tangga
Beberapa orang juga menimbun hewan, yang mungkin tidak bisa mereka rawat dengan baik.
Tak hanya itu, baru-baru ini, hoarding disorder terhadap data juga menjadi lebih umum. Ini adalah ketika seseorang menyimpan sejumlah besar data elektronik dan email yang sangat enggan untuk dihapus.
Pengobatan untuk Hoarding Disorder
Hoarding disorder adalah masalah yang bisa bervariasi dari ringan hingga berat. Pada beberapa kasus, hoarding disorder adalah hal yang tidak terlalu berdampak pada kehidupan sehari-hari.
Namun, pada kasus lain, ini dapat mengganggu fungsi harian secara serius. Orang dengan hoarding disease mungkin tidak menyadari bahwa ini adalah masalah, sehingga membuat mereka sulit untuk ikut serta dalam pengobatan.
Namun, pengobatan intensif dapat membantu memahami bagaimana keyakinan dan perilaku dapat berubah, sehingga bisa hidup dengan lebih aman dan menyenangkan.
Pengobatan untuk hoarding disorder tidak mudah. Pengobatan utama untuk hoarding disorder adalah terapi perilaku kognitif (CBT).
Terapis akan membantu memahami apa yang membuat sulit untuk membuang barang dan alasan mengapa kekacauan itu terbentuk.
Ini akan dikombinasikan dengan tugas praktis dan rencana untuk dikerjakan. Penting bahwa penderita hoarding disorder perlu bertanggung jawab untuk membersihkan kekacauan dari rumah. Terapis tentunya akan mendukung dan mendorong hal ini.
Obat antidepresan yang disebut selektif serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) juga telah terbukti membantu beberapa orang dengan hoarding disorder.
Writer: Kezya Stephanie
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Psychologs.com