Jadi, apa aja sih asas dari nilai-nilai Asia tersebut? Berikut ini berbagai aspek dan asas dari nilai Asia yang patut untuk kamu tau.
Ilustrasi pengibaran bendera Indonesia di Hari Lahir Pancasila
Sebagai salah satu negara yang berada di Asia Tenggara, sudah jelas kebanyakan warga Indonesia menerima nilai Asia dengan baik. Bahkan nilai-nilai Asia ini sudah masuk di kehidupan masyarakat Indonesia sejak dulu.
Terkait podcast Total Politik, ‘dinasti politik’ yang jadi pembicaraan dalam podcast tersebut sudah sangat umum ada di Indonesia. Bahkan secara tidak langsung, masyarakat juga ikut menciptakan keberlangsungan dinasti ini.
Meski begitu, memang tak semua warga Indonesia setuju dengan konsep nilai Asia ini. Bahkan beberapa pemimpin bangsa ada yang tak setuju dengan nilai Asia ini.
Misalnya saja seperti di tahun 1993 saja. Ali Alatas yang saat itu merupakan Menteri Luar Negri juga tak setuju dengan nilai Asia ini.
Baca Juga: Kasus Viral Sekuriti Pukul Anjing Penjaga di Plaza Indoesia Berakhir Dipecat!
Ali berpendapat pengenalan HAM tidak seharusnya dilakukan dengan cara pendekatan individualis. Ia berkata bahwa pendekatan seperti ini bisa menimbulkan kekacauan, rasa anarki, hingga ketidaksatbilan pada negara ini.
Meski begitu, sampai sekarang nilai Asia banyak dianut masayarakat. Bahkan beberapa orang tak sadar bahwa perilaku mereka selama ini malah mendukung nilai Asia ini tumbuh subur.
Ilustrasi penduduk di salah satu kota di Jepang. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Hampir semua negara di Asia juga ikut mendukung tumbuhnya Asia Value. Khususnya negara-negara Asia Timur seperti China dan Jepang.
Di Singapura, pendekatan HAM diyakini sebagai imperialisme barat terselubung. Mereka bahkan berpendapat jika keberadaan dan kemajuan hak sipil bisa saja menghambat kemajuan negara.
Meski begitu, sama seperti Indonesia, beberapa pemimpin juga menolak menganut nilai ini. Bahkan beberapa cenderung tak setuju dengan nilai Asia yang banyak dianut ini.
Misalnya saja seperti Lee Teng Hui, mantan pemimpin negara Taiwan. Ia berkata bahwa demokrasi dan kebebasan jauh lebih penting dibandingkan semua anggota keluarga yang berpartisipasi dalam kepemimpinan politik.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Unja.ac.id