Penelitian menunjukkan kraton memiliki fungsi antidepresan. Dalam percobaan yang dilakukan pada hewan, peneliti menemukan bahwa kratom dapat menurunkan kadar kortikosteron pada tikus.
Peningkatan kadar kortikosteron adalah salah satu perubahan kimia dalam otak yang terlihat pada orang yang mengidap depresi.
Dalam studi lain yang dilakukan pada tikus, peneliti menemukan kratom dapat mengurangi nafsu makan.
Senyawa di dalamnya dapat menghambat hipotalamus, bagian otak yang bertanggung jawab atas nafsu makan dan keinginan.
Baca Juga: Urang Aring, Tumbuhan Gulma yang Banyak Manfaatnya: Bukan Cuma buat Rambut!
Namun, harus dilakukan penelitian lebih lanjut pada manusia apakah kratom memiliki efek yang serupa.
Menurut penelitian, kratom dapat membantu pengobatan gejala kecanduan obat-obatan terlarang.
Namun, para ahli perlu meneliti lebih dalam apakah tanaman ini bisa membantu gejala gecanduan obat-obatan tersebut.
Selain itu, penggunaan kratom tidak boleh sembarangan karena harus disesuaikan dengan jumlah dosis yang dianjurkan oleh dokter.
Ilustrasi efek penggunaan kratom yang berlebihan (pexels.com)
Studi menunjukkan dosis kecil penggunaan kratom tidak berdampak pada kesehatan. Sementara itu, dosis besar dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Penggunaan kratom yang melebihi dosis dapat menyebabkan agitasi, kejang, muntah, hingga overdosis.
Kasus kejang pada penggunaan kratom dilaporkan sebanyak 9% di AS dan 16-18% di Thailand.
Beberapa kasus cedera hati penggunaan kratom juga telah dilaporkan. Sebagian besar pasien bisa sembuh dalam waktu satu tahun.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: News Medical Net