Ketika usianya mencapai 74 tahun, anak-anaknya meminta Fangli untuk berhenti bekerja karena pendengarannya yang sudah mulai berkurang.
Namun, ia tetap gigih mengayuh becak demi misi hidupnya.
“Saya berharap anak-anak bisa terus bersekolah dengan tekun, mendapatkan pekerjaan, dan akhirnya memberikan kontribusi kepada negara kita,” katanya dengan harapan besar.
Baca Juga: Viral Pria di Amerika Serikat Dipenjara 28 Tahun Akibat Tuduhan Pemerkosaan Berdasarkan Mimpi
Pada usia 90 tahun, Fangli mendatangi sebuah sekolah untuk menyerahkan tabungan terakhirnya sebesar 650.000 rupiah.
Dengan suara lirih, ia berkata, "Saya sudah tidak mampu lagi mengayuh becak. Mungkin ini adalah donasi terakhir yang dapat saya berikan."
Baca Juga: Menurut Studi: 45% Wanita Diperkirakan Single dan Tanpa Anak di 2030, Apa Dampaknya?
Beberapa bulan setelah itu, pada tahun 2005, Bai Fangli meninggal dunia. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, terutama di kampung halamannya, Tianjin.
Warga setempat kemudian mendirikan sebuah monumen yang diberi nama Monumen Bai, sebagai penghargaan atas dedikasinya yang luar biasa dan menjadi kisah inspiratif yang terkenal.
Baca Juga: Populasi Muslim Meningkat, Mall di Jepang Kini Sediakan Fasilitas Salat
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: China Morning Post