Perjuangan mengembangkan kedua pesawat tersebut tidak semudah dibayangkan, Gesang mengaku membutuhkan waktu 12 tahun.
Terkait harganya, Gesang mengaku jauh lebih murah ketimbang dengan pesawat UAV dari luar negeri.
Baca Juga: AC Pesawat Qatar Airways Mati Selama 3 Jam, Penumpang Alami Kepanasan hingga Banyak yang Buka Baju
"Harganya lebih ekonomis, pesawat sekelas ini dijual di Indonesia bisa sampai Rp 3 miliar. Untuk pesawat kita harganya bisa di bawah Rp1 miliar,” ungkapnya.
Setelah peluncuran pesawatnya ini, diharapkan masyarakat dan pemerintah mau menggunakan produk-produk hasil riset bangsa sendiri.
"Kalau kerja sudah saling mendukung, maka dipastikan konsep Invention, Application and Utilization (IAU) akan berjalan berkesinambungan sehingga industri manufaktur akan tumbuh dan berkembang di tanah air," anggapnya.
Apabila hal tersebut direalisasikan, Gesang optimistis terhadap perkembangan pesawat tanpa awak di Indonesia.
Baca Juga: Fu Bao, Panda Kesayangan Warga Korea Selatan Hari Ini Kembali ke China Naik Pesawat
“Kita terus mendorong perkembangan industri komponen pesawat dan industri pembuatan bodi pesawat dari komposit,” pungkas Gesang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan