Studi tersebut menunjukkan, bahwa ada berbagai faktor yang dapat mengungkap perselingkuhan pasangan.
Sekitar 23 persen dari kasus perselingkuhan terungkap melalui pesan teks yang mencurigakan. Lalu, transaksi kartu yang tidak biasa mengungkapkan 16 persen pria dan 10 persen wanita berselingkuh.
Selain itu, aplikasi kencan berperan dalam mengungkap 19 persen kasus perselingkuhan di kalangan Gen Z.
Baca Juga: 4 Alasan Aneh Orang Selingkuh, Takut Putus hingga Bosan
Driscoll menyebut, kemudahan akses melalui aplikasi ini berkontribusi pada tingkat perselingkuhan yang lebih tinggi di kalangan Gen Z ketimbang generasi sebelumnya pada umur yang sama.
Menurut jajak pendapat pada 2023, Gen Z memiliki pandangan berbeda tentang perselingkuhan. Di antara mereka, 43 persen berpendapat perselingkuhan harus melibatkan kontak fisik untuk dianggap sah.
Sementara itu, 48 persen percaya hubungan nonfisik masih termasuk dalam kategori perselingkuhan.
Sebaliknya, di kalangan Milenial, 55 persen yakin hubungan nonfisik harus dihitung sebagai perselingkuhan.
Tingkat perselingkuhan yang lebih tinggi, dapat berdampak negatif pada kepercayaan dan komitmen dalam masyarakat, menurut Driscoll. Hal ini berpotensi meningkatkan tingkat kecemasan, depresi, dan perasaan terisolasi di kalangan individu.
"Generasi Z juga lebih terbuka dalam membahas dan mengeksplorasi struktur hubungan yang beragam, jauh lebih terbuka daripada generasi yang lebih tua," jelas Driscoll.
Meski keterbukaan ini bisa positif, itu juga mengaburkan batasan komitmen monogami tradisional, yang berpotensi menimbulkan kesalahpahaman.
Penulis: Nadya Mayangsari
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Newsweek