Bagi para penganut agama Islam, sering memperdengarkan bacaan Al-Qur'an akan memudahkan seseorang untuk menghafalnya. Karena semudah itulah indera pendengaran tersambung ke penyimpanan memori. Aspek afektif dari suara ini sangat vital dalam mengembalikan ingatan kamu karena ia sangat berperan membantu menghasilkan berbagai pengalaman pribadi.
Ingatan yang dihasilkan dari indera pendengaran disebut dengan Echoic Memory. Ia terasosiasi dengan suara dan pendengaran. Otakmu butuh waktu beberapa detik untuk memproses Echoic Memory. Namun sekali suara tersebut masuk ke telingamu, Temporal Lobe akan memprosesnya. Temporal Lobe sendiri adalah bagian otak yang berada di kanan dan kiri, di mana posisinya sangat dekat dengan telinga. Riset menunjukkan bahwa Echoic Memory sangat berperan dalam memahami dan mempelajari sebuah bahasa. Seseorang yang mengalami kesulitan dalam berbicara bisa jadi karena ia hanya mampu menyimpan Echoic Memory dalam waktu yang singkat.
Ilustrasi meningkatkan kenangan lama lewat sentuhan. (Pexels)
Indera satu ini juga tak kalah kuatnya dalam menarik kembali kilasan masa lalu ke ingatan kamu.
Aroma sedap masakan nenekmu yang sudah tiada bisa mengantarkan kamu pada masa kalian pernah bercengkrama dahulu. Atau sekedar bau parfum seseorang yang banyak mengukir kenangan manis bersamamu akan membuat kamu terngiang akan hal-hal indah yang pernah kalian lewati bersama.
Gumpalan saraf pembau (Olfactory Bulb) merupakan bagian dari otak yang memproses daya penciuman. Ia berada di sebelah Amygdala yang merupakan bagian otak yang digunakan untuk aktivitas berkaitan dengan ingatan dan emosi seseorang.
Penciuman menjadi sinyal yang signifikan dalam menguraikan dan secara emosional melekatkan ingatan. Disebut juga dengan Olfactory Memory, ia terkait dengan indera penciuman (sebagaimana kita sudah bahas). Sekali kamu mencium suatu aroma, ia akan secara cepat diantar ke bagian otak yang membantu membentuk ingatan jangka panjang. Olfactory Memory membantumu mengidentifikasi rasa karena molekul dari makanan yang kamu kunyah akan masuk ke hidungmu. Tanpa indera penciuman, kamu hanya akan mampu mengenali rasa yang dasar seperti rasa manis.
Baca Juga: Tips Memilih Permainan Memori yang Sesuai dengan Usia dan Kemampuan Anak
Sebuah sentuhan lembut ke kepala yang dilakukan oleh pasanganmu, bisa saja merangsang ingatan pada belaian ibu kamu di saat kecil. Sebuah tekstur lembut yang kamu rasakan di karpet atau jaket, mungkin saja akan mengingatkan pada hewan atau boneka kesayangan yang pernah kamu sentuh bulu-bulunya.
Sentuhan bisa sangat penting dalam proses berkembangnya ingatan sejak masa kanak-kanak. Sentuhan air, belaian tangan bahkan tiupan angin saja bisa memicu berbagai rangsangan ingatan lain seperti visual, aroma bahkan aspek audio dari pengalaman-pengalaman terkait.
Ingatan yang dipicu oleh perabaan ini disebut dengan Haptic Memory. Ingatan semacam ini berasal dari bermacam-macam sensasi seperti rasa sakit, tekanan, gatal atau sesuatu yang terasa nyaman. Haptic Memory membantumu mengenali apa yang kamu sentuh.
Terakhir ada indera yang kita gunakan untuk merasakan sebuah sensasi di lidah saat mencicipi sesuatu. Rasa tidak hanya berguna untuk membedakan antara satu rasa dengan rasa yang lain. Ia juga membantu membuka pintu untuk menyimpan kenangan yang pernah dimiliki seseorang.
Rasa masakan tertentu bisa mengingatkan kamu pada rasa makanan yang pernah kamu makan di saat kecil. Sensasi pedas, pahit, asam, kecut, asin atau manis dari sesuatu memungkinkan rekaman masa lalu hadir kembali di otak kamu.
Ingatan yang berasal dari indera perasa ini dikenal dengan Gustatory Memory. Ia memiliki hubungan erat dengan indera penciuman atau Olfactory Memory. Gustatory Memory membantumu mengenali 5 rasa dasar yang bisa dicicipi melalui sel-sel reseptor di lidahmu.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Webmd.com, Confinity.com