"Dimungkinkan, lewat program desa mandiri, tentunya setiap desa itu punya kearifan lokal dan orang-orang yang wajib dihormati (dengan cerita rakyat). Anak muda zaman sekarang ini harus menghormati budaya yang lama itu, penting, sangat penting sekali itu. Jangan sampai tersisihkan, terlupakan," ujarnya.
"Saya berharap lebih berkembang lagi dengan kesenian kampus ini, lebih dikembangkan kembali. Sehingga semua orang kalangan bisa menikmati," sambungnya.
Terkait gelaran teater yang ditontonnya, menurut cabup petahana itu, seiring dengan ide dan progresnya terkait renovasi alun-alun yang nantinya punya sebutan baru Jember Nusantara itu.
"Nah gelaran seni seperti ini, atau seni lainnya. Bisa dilakukan di alun-alun. Alun-alun itu (setelah selesai renovasi), ada panggungnya terbuka. Saya berharap mereka bisa tampil terbuka, sehingga semua masyarakat bukan hanya mahasiswa saja, tapi masyarakat umum bisa nonton," ujarnya.
"Semua anak-anak, orang tua, dan semua masyarakat bisa bersama. Selain panggung, juga ada LED yang gede (besar). Nah ini, nanti semua kegiatan seni maupun lainnya, akan kami eksplor. Semua kearifan lokal apa yang ada di Jember ini akan kita masukkan (di alun-alun), termasuk juga UMKM," sambungnya.
Baca Juga: IKA UII Sukses Gelar Pertunjukan Teater Ande Ande Lumut di Australia, Penonton Dibuat Terkesima
Sementara itu menurut Sutradara Gelaran Teater Alya Aurellia Ananta, seni drama panggung yang ditampilkannya itu.
Berkisah tentang cerita rakyat, tapi juga sengaja dikolaborasikan dengan teknologi dan musik band secara langsung. Sehingga tampak lebih epik.
"Sogol Serenade Terakhir ini menceritakan tentang akhir hayat dari seorang tokoh bernama Sogol dari daerah Sumer-Bunguling. Makanya judul dari pementasan kami adalah Sogol Serenade Terakhir. Sebenarnya yang menjadi gagasan utama dari cerita ini adalah keinginannya Sogol, di mana dia itu ingin mengaplikasikan ilmu yang sudah dituntutnya selama bertahun-tahun untuk bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Yang akhirnya itu berbuntut panjang sampai ke pemfitnahan dan kematiannya (tokoh) Sogol itu sendiri," ujar Alya saat dikonfirmasi terpisah.
Menurut perempuan mahasiswi semester 3 Jurusan Ilmu Sejarah FIB Unej ini, cerita yang disampaikan lewat Sogol ini sarat pesan dengan kondisi saat ini.
"Masih relate sama apa yang terjadi di zaman sekarang gitu. Pesan yang ingin kami sampaikan adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk berbuat baik. Intinya dia selalu ingin bermanfaat bagi orang lain gitu. Dan dia tidak ingin menyianyiakan ilmu yang sudah dimilikinya. Dia (Sogol) ingin menjadi pribadi yang bermanfaat buat orang lain," ulasnya.
"Seperti misal dalam adegan tayupan, ketika di adegan 6 itu. Kami sebenarnya ingin menunjukkan bahwa pada tahun 1955 itu adalah momen di mana pemilu pertama. Kita bisa melihat kondisi yang sekarang, di mana orang itu benar-benar punya kebebasan. Bahkan dalam hal perpatah dan sebagainya," sambungnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan