Setiap tahun, kota ini menemukan sekitar 300 hingga 400 pohon terinfeksi, dan sekitar 30 persen dari jumlah tersebut berhasil dideteksi oleh anjing pelacak.
“Kelebihan anjing pelacak adalah kecepatannya dalam menyisir area yang luas untuk mendeteksi penyakit,” kata Chi Wen-hao, pelatih anjing pelacak. “Begitu terdeteksi, kami dapat melakukan tes untuk memastikan infeksi, sehingga efisiensi meningkat secara signifikan.”
Penyakit akar busuk cokelat sangat sulit dideteksi karena infeksinya dimulai dari akar pohon di bawah tanah. Ketika gejalanya mulai terlihat, biasanya sudah terlambat untuk menyelamatkan pohon.
Oleh karena itu, anjing pelacak seperti Lucy memegang peranan penting dalam melindungi pohon-pohon kota dari ancaman penyakit.
Menurut Sung, ada persyaratan ketat dalam memilih dan melatih anjing pelacak. “Beagle harus memiliki penciuman yang tajam, sifat yang stabil, dan hasrat tinggi terhadap makanan sebagai hadiah. Dari 10 beagle, biasanya hanya satu yang memenuhi syarat,” jelasnya.
Meskipun melatih anjing-anjing ini cukup sulit, pemerintah berkomitmen untuk memperluas tim anjing pelacak, menyadari peran unik yang mereka miliki dalam menjaga keamanan kota.
Tahun depan, pemerintah berencana menggandakan anggaran untuk tim anjing pelacak menjadi US$90.000 atau Rp 1,4 Miliar dengan tambahan dua anjing baru yang akan mulai bertugas pada bulan Maret 2025.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com