Ilustrasi Tempat Parkir di Jepang.
Selain konsep "wa", ada satu nilai penting lainnya yang ikut membentuk kebiasaan baik ini, yaitu 気遣い (ki-zukai).
Istilah ini secara harfiah berarti "memikirkan perasaan orang lain" atau "bertindak dengan penuh pertimbangan".
Di Jepang, kizukai bukan sekadar teori, tapi sudah menjadi bagian dari keseharian.
Misalnya, saat makan bersama, orang Jepang cenderung memperhatikan apakah orang lain sudah mendapat makanan sebelum mereka mulai makan.
Dalam dunia kerja, ki-zukai juga terlihat dari kebiasaan orang Jepang yang tergolong tindakan kecil, seperti tidak berbicara terlalu keras agar tidak mengganggu rekan kerja, atau menyesuaikan suhu AC agar semua orang merasa nyaman.
Dalam konteks parkir, ki-zukai ini diwujudkan dalam bentuk pemikiran sederhana yaitu "Aku sudah tiba lebih awal, jadi aku punya waktu untuk berjalan lebih jauh. Tapi teman-temanku yang datang belakangan mungkin sedang buru-buru, jadi lebih baik aku berikan mereka tempat yang lebih dekat."
Tindakan sekecil ini ternyata bisa membawa dampak besar dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih suportif dan menyenangkan.
Baca Juga: Fenomena Akiya, Ada Jutaan Rumah Kosong di Jepang: Dijual Murah, Mulai dari Rp15 Ribu!
Melihat budaya saling pengertian seperti ini, kita pasti bertanya-tanya, bisa gak sih kita menerapkannya di Indonesia?
Jawabannya? Bisa banget!
Meskipun kebiasaan ini belum umum di Indonesia, bukan berarti kita tidak bisa mulai dari hal-hal kecil. Bayangkan kalau kita mulai dengan:
Hal yang menarik, budaya gotong royong sebenarnya sudah ada dalam DNA masyarakat Indonesia.
Hanya saja, sering kali kita lupa untuk menerapkannya dalam hal-hal kecil seperti ini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Instagram