INDOZONE.ID - Konflik antargenerasi sudah menjadi hal yang biasa. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Generasi Z (Gen Z) atau mereka yang lahir sekitar tahun 1997 hingga awal 2010-an menjadi sasaran berbagai kritik yang seringkali tidak berdasar.
Banyak anggapan keliru tentang Generasi Z yang tersebar luas, membuat mereka kerap disalahpahami oleh generasi sebelumnya.
Padahal, Gen Z justru sedang aktif membentuk ulang norma sosial, budaya, dan bahkan dunia kerja.
Sayangnya, perubahan ini kerap dianggap sebagai ancaman oleh sebagian orang yang masih terjebak pada pola lama. Artikel ini akan membahas fakta vs mitos Generasi Z yang selama ini beredar.
Baca Juga: Tren Kencan Baru Gen Z, Apa Itu Floodlighting?
Salah satu stereotip negatif Gen Z yang paling umum adalah bahwa mereka malas. Nyatanya, mereka hanya menghadapi dunia kerja yang sangat berbeda dibanding generasi sebelumnya, mulai dari mahalnya biaya hidup hingga sulitnya mendapatkan pekerjaan dengan gaji layak.
Di balik anggapan tersebut, Gen Z sebenarnya sangat peduli pada makna dan keseimbangan hidup. Mereka rela menolak pekerjaan yang tidak sejalan dengan nilai pribadi atau merusak kesehatan mental.
Mitos tentang Gen Z yang satu ini juga tidak sepenuhnya benar. Hanya karena mereka terbiasa dengan teknologi, bukan berarti mereka menolak hal-hal klasik seperti buku fisik, majalah, atau surat kabar.
Bahkan, kini muncul tren di mana anak muda mulai menyukai kembali media cetak untuk mencari ketenangan dari dunia digital.
Baca Juga: 11 Kebiasaan Hemat Gen Z yang Sering Diejek Padahal Efektif
Ini adalah contoh lain dari kesalahan persepsi tentang Gen Z. Mereka bukan tidak mau bekerja, tapi lebih selektif dalam memilih tempat kerja yang menghargai nilai mereka.
Menurut survei Deloitte, 86% Gen Z menganggap pekerjaan bermakna lebih penting daripada sekadar gaji tinggi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Yourtango.com