Pandangan kritisnya terhadap kolonialisme, adat, dan patriarki memperlihatkan kesadaran sosial dan politik yang jarang dimiliki perempuan pada zamannya.
Kartini wafat pada tahun 1904, dalam usia yang sangat muda, 25 tahun. Namun pemikiran dan semangatnya tak padam. Buku surat-suratnya diterbitkan oleh J.H. Abendanon dan menjadi inspirasi bagi gerakan perempuan Indonesia di masa berikutnya.
Di era pergerakan nasional, nama Kartini menjadi simbol perjuangan emansipasi.
Kini, Kartini dikenang setiap tanggal 21 April, bukan sekadar sebagai pahlawan nasional, tetapi sebagai pelopor pemikiran progresif tentang perempuan, pendidikan, dan kebebasan berpikir.
Di abad ke-21 ini, semangat Kartini tetap relevan—mengajak kita untuk terus memperjuangkan kesetaraan, akses pendidikan, dan hak-hak perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal