"Kenangan indah itu saat proses belajar selama tiga tahun," katanya.
Tetapi, remaja tersebut tetap kekeh berpendapat bahwa perpisahan adalah momen penting lantaran mereka belum tentu saling berkomunikasi lagi setelah lulus.
"Engga juga sih Pak. Saya merasa sudah lulus, kalau engga ada perpisahan, kita tuh engga bisa kumpul bareng atau ngerasain interaksi terakhir bersama teman-teman," jelasnya.
Lebih lanjut, Dedi Mulyadi merespons dengan menyarankan agar remaja tersebut mengadakan perpisahan secara mandiri tanpa melibatkan sekolah.
Baca Juga: Sederet Aksi Sosial Dedi Mulyadi, Bantu Kakek 120 Tahun Hingga Bocah Penjual Serabi
"Ya sudah, perpisahan sendiri saja. Enggak bawa sekolah. Kumpul-kumpul bersama teman-teman, bikin perpisahan sendiri sok saja, tapi jangan melibatkan sekolah," papar Deni.
Selain itu, Dedi juga memprotes kritik remaja yang sangat keberatan bila rumahnya digusur. Menurut Dedi, apa yang dilakukan warga di bantaran sungai itu sudah melanggar aturan.
"Kenapa saya melakukan ini? Kalau saya tidak melakukan ini, banjir parah lagi. Gubernur yang disalahin. Sekarang kan sudah agak lumayan," ujar Dedi.
Dedi juga menegaskan soal kesiapan dirinya untuk menerima kritik dan berdiskusi lebih lanjut terkait kebijakan yang diambil. Ia juga menyumbangkan bantuan kepada mereka yang rumahnya digusur.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: YouTube KANG DEDI MULYADI CHANNEL