INDOZONE.ID - Stunting menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang jadi sorotan sejak lama. Masalah stunting berakar dari kekurangan gizi kronis dalam jangka panjang, sehingga menghambat pertumbuhan anak.
Dalam mengoptimalkan tumbuh kembang bayi dan anak, makanan sehat dan praktis memegang peranan penting.
Guna memastikan anak tetap sehat dengan makanan praktis, pertama-tama pastikan untuk menyertakan berbagai jenis makanan yang kaya gizi dalam menunya.
Dengan memilih opsi makanan praktis, seperti resep sederhana dan persiapan yang efisien, ibu dapat mengelola waktu dengan lebih baik tanpa merasa terlalu kerepotan.
Berikut ini beberapa solusi makan sehat dan praktis untuk mengoptimalkan tumbuh kembang bayi dan anak:
Isi Piringku
Ibu dapat menyajikan buah-buahan, sayuran, sumber protein, dan karbohidrat seimbang dalam satu piring.
Bila masih di tahap penjajakan dalam pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), ibu bisa menggunakan piring dengan model "Isi Piringku" sampai sudah terbiasa.
Baca Juga: Mengenal Wasting pada Anak: Lebih Dari Sekadar Stunting, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya
Pedoman "Isi Piringku" yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), bertujuan untuk mengedukasi tentang konsumsi makanan sesuai pedoman gizi seimbang.
Disarankan untuk mengisi setengah piring dengan sayur dan buah, sementara setengah lainnya diisi dengan makanan pokok dan lauk pauk pada setiap waktu makan.
Gizi yang seimbang tak hanya membuat anak menjadi sehat, namun juga produktif. Bayangkan saja bila sajian karbohidrat lebih banyak dari protein maupun serat, maka anak akan lebih mudah mengantuk bahkan tantrum.
Ilustrasi ibu dan anak memasak makanan sehat
Gunakan metode memasak yang cepat seperti merebus, mengukus, atau memanggang, untuk mempertahankan nutrisi.
Selain menjaga nutrisinya, ibu juga akan merasa lebih bahagia karena persiapan yang singkat, namun tetap menyajikan makanan bergizi untuk si kecil.
Selain itu, persiapkan camilan sehat seperti potongan buah, yogurt, atau kacang-kacangan, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi di antara waktu makan utama.
Ilustrasi anak makan sayur
Alasan mengapa anak-anak enggan untuk mengonsumsi makanan sehat adalah, karena adanya pola pikir bahwa makanan sehat sejatinya tidak enak.
Makanan yang disajikan oleh para ibu cenderung memiliki rasa plain dan kurang menggairahkan untuk anak mengonsumsinya.
Terlebih, waktu makan bisa menjadi trauma bagi si kecil karena merasa harus dipaksa terlebih dahulu.
Baca Juga: Selain Stunting, Indikasi Wasting Pada Anak Juga Perlu Diwaspadai dan Ditangani Orang Tua
Berikan contoh pola makan sehat dengan mengenalkan kepada variasi rasa dan tekstur, agar mereka lebih terbuka terhadap makanan baru, seperti makanan dengan perpaduan antara abon, Japanese nori, wijen, dan Australian cheddar cheese
"Bagi seorang ibu, kesehatan anak adalah prioritas utama dan setiap Ibu pasti ingin memberikan makanan yang sehat dan bergizi untuk mengoptimalkan tumbuh kembang si kecil di masa Golden Age Period," ungkap Nyoman Anjani, selaku Co-Founder & CEO dari Gently dan JoyMeal
"Tantangan saat ini di Indonesia, para Ibu sering mengalami kesulitan untuk meningkatkan nafsu makan anak dan belum banyak pilihan makanan yang praktis, alami, dan bergizi untuk membantu mengatasi masalah ini," sambungnya.
Ilustrasi anak makan makanan sehat
Sangat penting untuk membuat jadwal makan yang teratur bagi anak. Selain menghindari dari berbagai penyakit, termasuk maag, daya tahan tubuh si kecil pun akan lebih terjaga.
Memilih makanan praktis dan sehat begitu penting, sehingga ibu sangat perlu menghindari pemberian makanan cepat saji yang tinggi gula dan lemak trans.
Dengan pendekatan ini, ibu dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak, sehingga terhindar dari kekurangan gizi atau masalah stunting.
Writer: Putri Surya Ningsih
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Kemenkes