Paparan stres yang berkepanjangan pada ibu dapat berdampak pada struktur otak bayi, terutama di area yang terkait dengan memori, pembelajaran, dan regulasi emosi.
Menurut Studi Terbuka Jaringan JAMA, stres dapat memengaruhi pertumbuhan, konektivitas, dan struktur otak, sehingga meningkatkan risiko gangguan kognitif dan emosional jangka panjang pada anak.
Kondisi emosional ibu yang positif memastikan ikatan yang aman antara ibu dan bayi. Ini akan menciptakan ikatan seumur hidup antara keduanya.
Seorang ibu yang tenang, kemungkinan akan memiliki bayi yang damai, dan keharmonisan itu terus memengaruhi hubungan mereka di luar rahim.
Cetak biru emosional awal ini berperan dalam seberapa aman bayi akan terikat dengan pengasuhnya dan seberapa terikat secara emosional mereka ketika tumbuh dewasa.
Bayi yang lahir dari seorang ibu dengan tingkat stres tinggi cenderung menunjukkan peningkatan reaktivitas terhadap stres itu sendiri.
Bayi yang terpapar stres dalam kandungan mungkin lebih sensitif terhadap stimulus baru, ketidaknyamanan, atau perpisahan karena sistem sarafnya yang masih berkembang.
Sementara itu, kehamilan yang tenang dan stabil secara emosional dapat membantu bayi mengembangkan ketahanan sejak dalam kandungan, mempersiapkannya untuk menghadapi tantangan di masa depan dengan lebih baik.
Pengalaman emosional ibu selama kehamilan dapat memengaruhi ekspresi genetik janin tanpa mengubah struktur DNA itu sendiri.
Stres atau respons emosional ibu dapat memicu perubahan epigenetik, seperti metilasi DNA dan ekspresi RNA noncoding, yang berdampak pada perkembangan janin.
Menurut penelitian dalam Laporan Ilmiah, perubahan ini berpotensi menyebabkan masalah kesehatan di masa depan, terutama saat dewasa, dengan mempengaruhi bagaimana gen tertentu diaktifkan atau dinonaktifkan.
Baca Juga: Awas! Gangguan Tiroid pada Wanita Bisa Pengaruhi Kesuburan dan Kehamilan
Nada emosional yang dialami ibu selama kehamilan dapat meninggalkan jejak jangka panjang pada anak, memengaruhi kesehatan mental dan perilaku mereka hingga dewasa.
Penelitian menunjukkan bahwa stres, kecemasan, dan depresi pada ibu hamil berkorelasi dengan peningkatan risiko gangguan emosi dan perilaku pada anak, seperti ADHD dan depresi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Onlymyhealth.com