Ilustrasi koordinasi mata bermasalah.
INDOZONE.ID - Setiap mata manusia sebenarnya melihat gambar yang sedikit berbeda. Otak kemudian menyatukan dua gambar tersebut, melalui proses yang disebut fusi (fusion), sehingga menghasilkan satu gambar tiga dimensi yang utuh.
Proses ini hanya dapat terjadi dengan koordinasi mata yang baik, yaitu ketika kedua mata bergerak secara selaras.
Jika koordinasi mata terganggu, maka gambar yang dihasilkan bisa kabur atau ganda, yang dapat berdampak pada kenyamanan dan fungsi penglihatan.
Koordinasi mata bukan kemampuan bawaan, melainkan keterampilan yang harus dikembangkan seiring pertumbuhan. Gangguan koordinasi mata umumnya disebabkan oleh perkembangan penglihatan yang tidak optimal atau lemahnya kontrol otot-otot mata.
Meski jarang terjadi, cedera atau penyakit tertentu juga bisa memengaruhi kemampuan koordinasi mata.
Baca Juga: Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Penanganan Mata Merah
Orang dengan kontrol otot mata yang lemah, sering kali harus mengeluarkan usaha ekstra secara tidak sadar agar mata tetap sejajar. Dalam kasus yang lebih parah, otot mata tidak mampu menyelaraskan pandangan kedua mata, sehingga menyebabkan penglihatan ganda (double vision).
Untuk menghindari hal ini, otak cenderung mengabaikan sinyal dari salah satu mata, yang lama-kelamaan dapat menyebabkan ambliopia atau mata malas.
Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan gangguan permanen pada sistem penglihatan, bahkan kacamata atau lensa kontak tidak dapat sepenuhnya memperbaikinya.
Ilustrasi mata anak. (Freepik)
Beberapa gejala umum gangguan koordinasi mata meliputi:
Pada anak-anak, gejalanya bisa berupa menutup salah satu mata saat membaca, melewatkan baris atau kehilangan fokus saat membaca, kinerja yang buruk dalam olahraga, menghindari aktivitas yang membutuhkan ketelitian, serta mudah lelah.
Baca Juga: Waspadai Retinopati Diabetik: Komplikasi Serius yang Ancam Penglihatan
Karena gangguan koordinasi mata sering kali sulit dikenali secara kasatmata, American Optometric Association merekomendasikan agar anak menjalani pemeriksaan mata menyeluruh sejak usia 6 bulan, dan kembali pada usia 3 tahun.
Pemeriksaan ini akan membantu mengidentifikasi potensi gangguan koordinasi mata sedini mungkin.
Gangguan koordinasi mata umumnya dapat ditangani dengan penggunaan kacamata atau terapi penglihatan (vision therapy). Dalam beberapa kasus, memperbaiki kelainan refraksi seperti rabun jauh atau rabun dekat, juga bisa membantu meningkatkan koordinasi mata.
Jika terapi tidak cukup efektif, prosedur bedah dapat menjadi pilihan.
Jika kamu atau anak kamu menunjukkan gejala-gejala di atas, konsultasikan dengan dokter mata atau optometris, untuk mendapatkan pemeriksaan yang tepat.
Penanganan dini sangat penting untuk mencegah kerusakan penglihatan jangka panjang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: American Optometric Association